Jakarta (ANTARA) - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Andi Widjajanto menyebut sejak didirikan Presiden Soekarno pada 1965, Lemhannas memiliki mandat menjadi sekolah geopolitik.

Untuk menjalankan amanat tersebut, kata Andi, maka Lemhannas pada tahun ini menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum (JGF) ke-6 atau The 6th Jakarta Geopolitical Forum secara hibrida dengan tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability”.

“Mandat itu diberikan dengan satu arahan strategis dari Bung Karno, agar Lemhannas bisa mencetak calon pemimpin nasional yang memahami konsekuensi dari pertarungan negara-negara besar, pertarungan geopolitik antara negara-negara utama di kawasan ini dan apa pengaruhnya bagi Indonesia,” kata Andi, di Jakarta, Rabu.

Tema geomaritim, menurut Andi, sangat relevan dan menarik untuk dicermati saat ini karena wilayah maritim diprediksi akan menjadi arena persaingan utama antarnegara, bahkan semakin mendekat dengan Indonesia.

“Khusus untuk tahun ini tema yang kami angkat adalah tentang geomaritim dengan kesadaran bahwa pertarungan geopolitik di depan akan semakin dekat ke kita, karena akan terjadi di kawasan Asia Timur dan akan menggunakan maritim, laut, samudra sebagai sarana wadah pertarungannya,” ujarnya.

Alih-alih terciptanya satu rantai pasok global dan pembangunan infrastruktur global yang menggabungkan antarnegara, kata Andi.

Menurutnya lagi, yang terjadi justru sebaliknya, di mana konektivitas justru memunculkan patahan dan diskonektivitas global.

“Yang terjadi hari ini konektivitas memunculkan patahan-patahan global, dan sejak Februari 2022 patahannya semakin keras karena ada pertarungan Amerika Serikat-Rusia, karena terjadinya krisis di Ukraina,” ujarnya pula.

Melalui Jakarta Geopolitical Forum 2022, kata Andi, Lemhannas ingin berkontribusi mencari solusi agar patahan-patahan itu tidak semakin besar.

“Patahan-patahan itu kami harapkan bisa kembali tersambung satu sama lain, sehingga era Geopolitik 5 kembali diperkuat menjadi satu konektivitas global, satu infrastruktur global, satu rantai pasok global,” kata Andi.

Forum internasional ini, kata Andi, bertujuan mendesain tata kelola hubungan antaraktor geopolitik dalam mencapai keseimbangan kekuatan yang menciptakan stabilitas global, khususnya masa depan geopolitik Indonesia dan dunia.

Selain itu, Andi menyebut forum ini juga bertujuan untuk memahami konteks geomaritim kontemporer dan mendalami makna inti masa depan geopolitik yang berbasis pada maritim serta pengaruhnya terhadap stabilitas global.

“Tujuannya adalah membantu untuk lebih memahami apa yang disebut sebagai konektivitas global,” katanya.

Andi berharap dengan mengangkat tema geomaritim dan proyeksi untuk menciptakan stabilitas global ke depan, forum yang digelar Lemhannas ini pun bisa memberi kontribusi akademik untuk menguatkan peran dan kapasitas Indonesia secara lebih dalam.

“Kami akan ditemani oleh pakar-pakar dari beberapa negara. Yang akan datang, pakar dari Amerika Serikat, pakar dari Australia, dari Singapura. Dan secara khusus kami juga mengundang dari Rusia,” ujar Andi.

Lemhannas menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum ke-6 pada 24 dan 25 Agustus 2022 dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara, yang membahas berbagai isu seperti pertahanan, keamanan, teknologi, hingga ekonomi maritim.
Baca juga: Lemhannas: Perlu UU Keamanan Siber perbaiki skor indeks keamanan siber
Baca juga: Lemhannas kembangkan kajian tentang Papua sesuai arahan Wapres