Rupiah diprediksi masih berpeluang menguat, usai BI naikkan suku bunga
24 Agustus 2022 09:39 WIB
Petugas menunjukan uang kertas pecahan Rp100ribu di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ed/pd/pri.
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu diprediksi masih berpeluang menguat usai Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan.
Rupiah pagi ini melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.845 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.838 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah mungkin masih bisa menguat hari ini setelah BI mengubah arah kebijakannya dengan menaikkan suku bunga acuan kemarin," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan alias BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) dari 3,5 persen menjadi 3,75 persen.
Suku bunga deposit facility juga dinaikkan sebesar 25 bps menjadi tiga persen dan suku bunga lending facility turut ditingkatkan sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen.
Keputusan tersebut disebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi dan inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food.
Baca juga: BI naikkan suku bunga jadi 3,75 persen, mitigasi kenaikan inflasi inti
Selain itu kenaikan suku bunga acuan juga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.
"Kenaikan suku bunga BI bisa mengimbangi kenaikan suku bunga acuan AS, sehingga aset dalam rupiah bisa lebih menarik," ujar Ariston.
Selain itu, lanjut Ariston, dolar AS juga terlihat dalam konsolidasi menunggu pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell mengenai kebijakan moneter bank sentral pada Jumat (26/8) malam dalam acara Jackson Hole.
Semalam data ekonomi AS yaitu data indeks manufaktur dan jasa serta penjualan rumah baru juga dirilis lebih buruk dari ekspektasi dan hal itu memberikan tekanan ke dolar AS.
"Di sisi lain, sentimen kenaikan suku bunga The Fed masih belum hilang di pasar. Ini bisa menahan penguatan rupiah tidak terlalu tinggi terhadap dolar AS," kata Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak menguat ke level Rp14.800 per dolar AS dengan potensi pelemahan Rp14.870 per dolar AS.
Pada Selasa (23/8) rupiah ditutup menguat 54 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp14.838 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.892 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah ditutup menguat, terkerek keputusan BI naikkan suku bunga acuan
Rupiah pagi ini melemah 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.845 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.838 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah mungkin masih bisa menguat hari ini setelah BI mengubah arah kebijakannya dengan menaikkan suku bunga acuan kemarin," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan alias BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) dari 3,5 persen menjadi 3,75 persen.
Suku bunga deposit facility juga dinaikkan sebesar 25 bps menjadi tiga persen dan suku bunga lending facility turut ditingkatkan sebesar 25 bps menjadi 4,5 persen.
Keputusan tersebut disebut sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi dan inflasi harga pangan bergejolak atau volatile food.
Baca juga: BI naikkan suku bunga jadi 3,75 persen, mitigasi kenaikan inflasi inti
Selain itu kenaikan suku bunga acuan juga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah pertumbuhan ekonomi domestik yang semakin kuat.
"Kenaikan suku bunga BI bisa mengimbangi kenaikan suku bunga acuan AS, sehingga aset dalam rupiah bisa lebih menarik," ujar Ariston.
Selain itu, lanjut Ariston, dolar AS juga terlihat dalam konsolidasi menunggu pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell mengenai kebijakan moneter bank sentral pada Jumat (26/8) malam dalam acara Jackson Hole.
Semalam data ekonomi AS yaitu data indeks manufaktur dan jasa serta penjualan rumah baru juga dirilis lebih buruk dari ekspektasi dan hal itu memberikan tekanan ke dolar AS.
"Di sisi lain, sentimen kenaikan suku bunga The Fed masih belum hilang di pasar. Ini bisa menahan penguatan rupiah tidak terlalu tinggi terhadap dolar AS," kata Ariston.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak menguat ke level Rp14.800 per dolar AS dengan potensi pelemahan Rp14.870 per dolar AS.
Pada Selasa (23/8) rupiah ditutup menguat 54 poin atau 0,36 persen ke posisi Rp14.838 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.892 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah ditutup menguat, terkerek keputusan BI naikkan suku bunga acuan
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: