Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengapresiasi pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena Indonesia sudah tidak impor beras untuk konsumsi masyarakat umum selama tiga tahun berturut-turut.

Bahkan atas capaian itu Presiden Jokowi menerima International Rice Research Institute (IRRI) atas keberhasilan mencapai ketahanan pangan, khususnya swasembada beras.

"Kami APPSI memberikan apresiasi yang tinggi kepada Presiden Jokowi karena sudah tiga tahun ini kita tidak impor beras untuk konsumsi masyarakat umum, dan kita sangat bangga atas prestasi ini," Kata Ketua Umum APPSI Sudaryono lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Untuk saat ini, lanjut Sudaryono, beras kebutuhan konsumsi masyarakat umum memang sejauh ini diakui tidak ada keluhan atau masalah lain yang mengharuskan pemerintah untuk melakukan impor.

"Biasanya kan ada kebijakan-kebijakan dari banyak rezim seperti periode lalu di ujung periode Pak Jokowi juga kebetulan melakukan impor beras yang cukup besar. Ini sudah tiga tahun pemerintahan beliau tidak impor," terangnya.

Menurut Sudaryono, Indonesia tidak impor beras selama tiga tahun belakangan untuk jenis beras medium kebutuhan konsumsi masyarakat. Sementara yang masih diimpor yakni beras khusus untuk kebutuhan industri.

Diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 12 Agustus 2022, Indonesia masih mengimpor beras dari sejumlah negara. Adapun negara asal impor beras itu dari Thailand, Vietnam, Pakistan, Myanmar, China, hingga Jepang.

Meski begitu, pedagang pasar dalam hal ini Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) mengatakan bahwa jenis beras impor yang dilaporkan BPS tidak ada di pasar. Sebab beras-beras itu diimpor untuk kebutuhan industri, misalnya saja untuk industri makanan.

"Memang ada impor beras yang dimaksud itu kan impor beras premium yang biasa dari Thailand atau Vietnam itu, memang ada. Beras khas itu kan untuk kebutuhan industri kuliner, di pasar nggak ada. Kalau dijual di pasar tradisional misalnya pasti nggak laku karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat umumnya," ujar Sudaryono.

Beras-beras yang diimpor khusus itu, kata Sudaryono biasanya untuk keperluan industri kuliner, misalnya nasi dari Jepang untuk restoran Jepang. Kemudian impor dari India biasanya beras basmati untuk restoran Indian Food.

"Dari Jepang, India itu ya memang tujuannya bukan untuk dijual atau memenuhi stok dalam negeri, tetapi hanya untuk kebutuhan industri itu. Beras basmati itu kan biasanya untuk nasi kebuli di Indian Food, atau Japanese Rice itu kan untuk membuat sushi," lanjutnya.

Sudaryono juga mencontohkan Indonesia yang sempat mengimpor beras ketan. Menurutnya itu juga untuk kebutuhan industri juga.

"Atau beras ketan, pemerintah menugaskan BUMN Sarinah untuk impor beras ketan itu untuk ketersediaan kalau produksi petani kurang, tapi ya jumlahnya nggak langsung besar karena disesuaikan dengan kebutuhan. Biasanya untuk industri moci-moci itu atau lember," Pungkas Sudaryono.

Baca juga: Buwas: Tiga tahun berturut Indonesia tak impor beras
Baca juga: Indonesia terima penghargaan IRRI atas capaian swasembada beras
Baca juga: FAO dan IRRI akui ketahanan pangan Indonesia tangguh saat dunia krisis