Jakarta (ANTARA) - PT Bio Farma (Persero) menargetkan vaksin COVID-19 produksi dalam negeri yang dinamakan vaksin Indonesia Vaccine atau Indovac mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI pada September.

"Kita sudah hampir selesai dan dalam proses registrasi di BPOM. Untuk hasilnya, Alhamdulillah kalau dari data-data yang dikumpulkan selama uji klinis menunjukkan hasil yang promising," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir di Jakarta, Senin.

Untuk kehalalan, kata Honesti, vaksin Indovac sudah diaudit oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), sehingga dalam waktu dekat vaksin itu akan memiliki sertifikasi halal.

Prosedur pemberian Vaksin Indovac ini sama seperti vaksin COVID-19 lainnya yang beredar di Indonesia, yakni dua dosis untuk yang primer. Sedangkan untuk booster, cukup satu dosis saja.

"Untuk harga nanti kita mungkin usahakan di bawah Rp100 ribu, karena proses pembuatannya sebagian besar dilakukan di Indonesia," kata Honesti.

Kondisi pandemi membuat semua pihak mengetahui betapa rapuhnya ketahanan kesehatan Indonesia yang belum begitu mandiri.

Pemerintah melalui Kementerian BUMN meminta Bio Farma melakukan berbagai inovasi agar Indonesia bisa lebih siap dalam menghadapi pandemi dan tidak bergantung lagi pada impor.

Bio Farma kemudian melakukan pengembangan vaksin COVID-19 yang sebelumnya dikenal sebagai vaksin BUMN.

"Sebulan yang lalu vaksin ini kemudian diberikan nama oleh Presiden RI yakni Indonesia Vaccine atau Indovac," ujar Dirut Bio Farma.

Vaksin ini berbasis sub-unit protein rekombinan dan bekerja sama dengan Baylor College of Medicine (BCM).

Sebelumnya, PT Bio Farma (Persero) menyatakan telah merampungkan rangkaian proses uji klinis fase ketiga Vaksin COVID-19 BUMN agar Indonesia bisa memiliki vaksin COVID-19 sendiri.

Baca juga: Erick Thohir bertemu Bill Gates, bahas alih teknologi vaksin mRNA

Baca juga: Menaker puji kontribusi Bio Farma jaga ketersediaan vaksin COVID-19