Jakarta (ANTARA) - Business of Twenty (B20) Indonesia sebagai salah satu grup dalam G20 mendorong dua B20 Legacy Programs terkait akselerasi transisi ramah lingkungan atau green transition yakni Carbon Center of Excellence dan Global Blended Finance Alliance.

"Carbon Center of Excellence akan membantu dan memandu dunia usaha dalam memahami perdagangan karbon melalui hub pengetahuan serta practice sharing center," ujar Chair of B20 Indonesia Shinta Kamdani dalam seminar web B20-G20 Dialogue: Integrity and Compliance Task Force yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Sedangkan Global Blended Finance Alliance, lanjutnya, akan membantu dalam menghubungkan pemilik proyek ramah lingkungan dengan calon investor yang akan mendanai proyek tersebut.

B20 bertujuan untuk semakin memperkuat topik-topik yang menjadi prioritas B20 dengan memperkenalkan B20 Legacy Programs.

Program B20 Legacy Programs dirancang bukan sebagai one-time initiative, namun sebagai inisiatif yang terus berjalan bahkan setelah berakhirnya Presidensi G20 Indonesia.

B20 sendiri menggarisbawahi apa saja yang menjadi hal-hal penting yang memungkinkan untuk merealisasikan B20 Legacy Program dalam bidang-bidang prioritas B20, salah satunya adalah transisi ramah lingkungan.

Integrity and Compliance Task Force sebagai bagian dari B20 mendorong penerapan tata kelola berkelanjutan untuk mendukung inisiatif tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (Environmental, social, and corporate governance atau ESG) dan peran krusialnya untuk memungkinkan dunia usaha menjalankan transparansi dalam mencapai target pengurangan emisi serta memantau perkembangan inisiatif bisnis ramah lingkungan.

Sebelumnya Chair B20 Indonesia Shinta Kamdani mengatakan terdapat tiga strategi B20 yang dipersiapkan untuk melaksanakan komitmen melanjutkan agenda COP26 Glasgow guna mendorong swasta di Indonesia dan dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Pertama, melalui transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan melalui usulan-usulan perubahan kebijakan yang lebih kondusif terhadap energi terbarukan dibanding energi fosil.

Strategi kedua yaitu melalui dukungan terhadap pembiayaan transisi ramah lingkungan atau green transition financing, khususnya untuk negara-negara berkembang. Ini dilakukan dengan pemberian dari penerimaan-penerimaan pajak terkait karbon atau emisi untuk memberikan insentif pajak atau investasi di sektor yang lebih ramah lingkungan atau rendah emisi.

B20 juga akan mengupayakan pendanaan transisi hijau melalui mekanisme kerja sama voluntary carbon market dengan negara lain agar perusahaan-perusahaan yang bisa menghasilkan kredit karbon dapat memperoleh pendanaan untuk memperluas investasi atau kegiatan usaha rendah emisi dari penjualan kredit karbon tersebut di pasar karbon global.

Selanjutnya, strategi ketiga adalah melalui kemudahan perdagangan dan investasi terhadap barang dan jasa hijau yang menjadi penting karena mesin rendah emisi biasanya sangat mahal, perlu investasi besar, dan impor.

Baca juga: B20 F&T TF rekomendasikan kebijakan pembangunan infrastruktur

Baca juga: MenkopUKM: FGD B20 di Bali jadi peluang kerjasama UMKM