LPS : Tingkatkan literasi keuangan anak muda guna turunkan ketimpangan
18 Agustus 2022 17:07 WIB
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dalam seminar Merdeka Finansial di Era Digital oleh Validnews.id secara hybrid di Jakarta, Kamis. (ANTARA/ Muhammad Heriyanto)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan literasi keuangan anak muda harus terus ditingkatkan untuk menurunkan tingkat ketimpangan ekonomi atau rasio gini masyarakat Indonesia di masa depan.
“Semakin tinggi literasi, semakin rendah rasio gini. Semakin rendah literasi, semakin tinggi rasio gininya,” ujar Purbaya dalam seminar Merdeka Finansial di Era Digital oleh Validnews.id secara hybrid di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan upaya pemberian pengetahuan dan pelatihan keuangan ke anak muda sebagai generasi penerus bangsa perlu terus-menerus dilakukan melalui berbagai sarana dan fasilitas yang tersedia.
“Ini tidak gampang, tapi harus terus menerus dilakukan. Literasi keuangan anak muda perlu ditingkatkan.” ujar Purbaya.
Dalam era teknologi digital ini, Ia menyarankan kegiatan literasi keuangan dilakukan melalui media digital, sehingga penyampaiannya lebih efektif dan sesuai dengan karakteristik anak muda.
Ia mengatakan anak muda memiliki kecenderungan mengadopsi media digital, khususnya media sosial dalam mengambil keputusan terkait keuangan dan investasi. Di sisi lain, anak muda juga memiliki kecenderungan ingin mendapatkan keuntungan cepat dalam berinvestasi.
“Generasi muda cenderung tergiur dengan investasi yang berisiko tinggi. Risikonya tidak dipelajari sama sekali, makanya flexing laku,” ujar Purbaya.
Selain itu, menurutnya tingkat literasi keuangan juga berpengaruh terhadap tabungan rumah tangga, sehingga, kegiatan literasi keuangan juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang.
“Kalau kita makin pintar (soal keuangan), maka akan sering menabung,” ujar Purbaya.
Berdasarkan riset INDEF, skor financial knowledge masyarakat Indonesia berada di angka 3,7 atau masih di bawah skor rata-rata negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang sebesar 4,6.
Lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan penduduk Indonesia yang diukur menggunakan gini ratio berada di angka 0,384 pada Maret 2022. Angka ini meningkat 0,003 poin dibandingkan dengan gini ratio September 2021 yang sebesar 0,381.
Baca juga: Dukung literasi keuangan, LPS dan KG Media gelar CreaVid Competition
Baca juga: OJK: Fintek dapat perkecil jarak inklusi keuangan laki-laki perempuan
Baca juga: Indef : Literasi keuangan dan digital masih rendah
“Semakin tinggi literasi, semakin rendah rasio gini. Semakin rendah literasi, semakin tinggi rasio gininya,” ujar Purbaya dalam seminar Merdeka Finansial di Era Digital oleh Validnews.id secara hybrid di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan upaya pemberian pengetahuan dan pelatihan keuangan ke anak muda sebagai generasi penerus bangsa perlu terus-menerus dilakukan melalui berbagai sarana dan fasilitas yang tersedia.
“Ini tidak gampang, tapi harus terus menerus dilakukan. Literasi keuangan anak muda perlu ditingkatkan.” ujar Purbaya.
Dalam era teknologi digital ini, Ia menyarankan kegiatan literasi keuangan dilakukan melalui media digital, sehingga penyampaiannya lebih efektif dan sesuai dengan karakteristik anak muda.
Ia mengatakan anak muda memiliki kecenderungan mengadopsi media digital, khususnya media sosial dalam mengambil keputusan terkait keuangan dan investasi. Di sisi lain, anak muda juga memiliki kecenderungan ingin mendapatkan keuntungan cepat dalam berinvestasi.
“Generasi muda cenderung tergiur dengan investasi yang berisiko tinggi. Risikonya tidak dipelajari sama sekali, makanya flexing laku,” ujar Purbaya.
Selain itu, menurutnya tingkat literasi keuangan juga berpengaruh terhadap tabungan rumah tangga, sehingga, kegiatan literasi keuangan juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang.
“Kalau kita makin pintar (soal keuangan), maka akan sering menabung,” ujar Purbaya.
Berdasarkan riset INDEF, skor financial knowledge masyarakat Indonesia berada di angka 3,7 atau masih di bawah skor rata-rata negara anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) yang sebesar 4,6.
Lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat ketimpangan penduduk Indonesia yang diukur menggunakan gini ratio berada di angka 0,384 pada Maret 2022. Angka ini meningkat 0,003 poin dibandingkan dengan gini ratio September 2021 yang sebesar 0,381.
Baca juga: Dukung literasi keuangan, LPS dan KG Media gelar CreaVid Competition
Baca juga: OJK: Fintek dapat perkecil jarak inklusi keuangan laki-laki perempuan
Baca juga: Indef : Literasi keuangan dan digital masih rendah
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022
Tags: