Singapura/Hong Kong (ANTARA) - Dolar naik ke level tertinggi tiga minggu di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah risalah dari pertemuan Federal Reserve Juli menunjukkan suku bunga AS akan tetap lebih tinggi dalam waktu lebih lama untuk menurunkan inflasi.
Sterling sempat turun di bawah level 1,2 dolar ke level terendah tiga minggu, berkat dolar yang lebih kuat, dan juga tertekan angka inflasi panas yang dirilis sehari sebelumnya yang memperkuat kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan Inggris.
Pound sterling terakhir turun 0,3 persen pada 1,2015 dolar, sementara euro melemah 0,2 persen menjadi 1,0157 dolar dan dolar naik terhadap yen untuk diperdagangkan pada 135,25 yen, tak jauh dari tertinggi satu minggu semalam.
Ini membuat indeks dolar terangkat 0,22 persen pada 106,89, tertinggi sejak akhir Juli.
"Gambaran yang lebih besar untuk dolar adalah bahwa dolar berada dalam tren naik yang kuat," kata Matt Simpson, analis senior di broker City Index di Brisbane, menambahkan bahwa sekarang telah menghentikan kemunduran selama berminggu-minggu.
"Dalam beberapa hal, bullish ingin mundur dan saya pikir risalah Fed memberi mereka alasan untuk melakukannya."
Pejabat Fed melihat "sedikit bukti" akhir bulan lalu bahwa tekanan inflasi AS berkurang, risalah yang dirilis pada Rabu (17/8/2022) menunjukkan. Risalah mengisyaratkan perlambatan dalam laju kenaikan, tetapi tidak beralih ke pemotongan pada 2023 yang sampai saat ini telah diperkirakan oleh para pedagang untuk suku bunga berjangka.
Pedagang melihat sekitar 40 persen peluang kenaikan suku bunga Fed 75 basis poin ketiga berturut-turut pada September, dan memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya sekitar 3,7 persen pada Maret, dan akan melayang di sekitar sana sampai nanti pada tahun 2023.
Di perdagangan Asia, greenback naik paling tinggi terhadap mata uang Antipodean, terutama Aussie, yang terseret turun karena pertumbuhan upah yang lebih lemah dari perkiraan membebani prospek suku bunga Australia.
Dolar Australia jatuh ke level terendah satu minggu di 0,6899 dolar AS, sebelum memantul kembali ke 0,6916 dolar AS, turun 0,3 persen, menyusul data tenaga kerja yang menunjukkan penurunan dalam pekerjaan dan tingkat pengangguran.
Dolar Selandia Baru juga disematkan ke posisi terendah Rabu (17/8/2022) dan terakhir turun 0,35 persen pada 0,6258 dolar AS.
Sementara itu, yuan China terus berjuang karena konsumsi yang lemah, kepercayaan yang rendah, pertumbuhan kredit yang lesu, krisis properti, dan kebijakan COVID-19 yang ketat telah membayangi prospek ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Yuan turun sekitar 0,2 persen menjadi 6,793 per dolar dan juga turun di bawah rata-rata pergerakan 200 hari terhadap euro.
Baca juga: Pasar saham Asia melemah, dolar bertahan kuat setelah risalah
Baca juga: Dolar menguat di sesi Asia, ketika Fed terus berupaya lawan inflasi
Dolar naik karena Fed bersiap untuk pertarungan inflasi yang panjang
18 Agustus 2022 16:06 WIB
Ilustrasi - Dolar AS dihitung oleh seorang bankir di bank di Westminster, Colorado, Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Rick Wilking/aa.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: