Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan alokasi anggaran untuk subsidi dan kompensasi energi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 sebesar Rp336,7 triliun atau turun 33 persen dari outlook 2022 sebesar Rp502,4 triliun.

“Subsidi dan kompensasi Rp336,7 triliun. Artinya harga minyak relatif lebih rendah 90 dolar AS per barel. Kurs diperkirakan dalam situasi relatif lebih baik dibanding situasi sekarang volatile,” katanya dalam Konferensi Pers Nota Keuangan dan RAPBN 2023 di Jakarta, Selasa.

Secara rinci, subsidi energi tahun depan dialokasikan sebesar Rp210,7 triliun yang sedikit meningkat dibandingkan outlook tahun ini Rp208,9 triliun sedangkan kompensasi Rp126 triliun atau turun 57 persen dari outlook 2022 Rp293,5 triliun.

Sri Mulyani menuturkan alokasi turun karena pemerintah memperkirakan harga komoditas terutama minyak dunia akan mulai stabil pada tahun depan sedangkan kurs diperkirakan dalam situasi relatif lebih baik dibandingkan saat ini yang volatile.

Ia memperkirakan CPO akan turun dari 1.352 dolar AS per metrik ton ke 920 dolar AS per metrik ton pada tahun depan sedangkan batu bara turun dari 251 dolar AS per ton ke 200 dolar AS per ton.

Untuk minyak mentah turun dari sekitar 100 dolar AS sampai 105 dolar AS per barel ke level 90 dolar AS per barel.

"Ini situasi extraordinary sebab gejolak volatilitas harga pengaruhi postur APBN kita tapi kita tidak boleh membiarkan gejolak ini mempengaruhi program-program pemerintah,” tegasnya.

Meski turun 33 persen, Sri Mulyani menegaskan subsidi energi masih akan sangat tebal sehingga ia berharap volume juta kiloliter untuk solar, pertalite dan jumlah LPG tetap dikendalikan agar tidak terjadi pembengkakan subsidi dan kompensasi.

"Penggunaan volume BBM bersubsidi harus dikendalikan sebab kalau tidak maka berpotensi melewati anggaran subsidi dan kompensasi tahun ini Rp502,4 triliun,” katanya.

Sementara untuk subsidi nonenergi tahun depan dialokasikan sebesar Rp86,5 triliun atau naik 14,3 persen.

Ia menjelaskan kebijakan subsidi tahun depan meliputi subsidi tetap solar Rp1.000 per liter atau naik dari tahun ini yang sebesar Rp500 per liter.

Untuk subsidi listrik meningkat dipengaruhi oleh peningkatan bauran energi dan harga pembelian listrik Independent Power Producer (IPP). Kemudian kompensasi dialokasikan karena tidak dilakukannya penyesuaian harga BBM dan tarif tenaga listrik seiring meningkatnya harga ICP.

Untuk pupuk bersubsidi difokuskan pada dua jenis yaitu urea dan NPK serta sembilan jenis komoditas yaitu padi, jagung, kedelai, cabai merah, bawang merah, bawang putih, kopi, kakao serta tebu.

"Semua menggambarkan bahwa APBN masih menyiapkan diri kalau terjadi shock pada tahun depan,” ujarnya.

Baca juga: Menko Airlangga sebut harga BBM Indonesia relatif murah di ASEAN
Baca juga: Erick Thohir: Pengurangan subsidi energi tunggu keputusan tiga menteri
Baca juga: Sri Mulyani minta Pertamina kendalikan BBM subsidi, demi jaga APBN