Jakarta (ANTARA) - Pengamat kebijakan ekonomi politik dari lembaga kajian Laboratorium Indonesian 45 (LAB 45) Reyhan Noor mengapresiasi sikap Presiden RI Joko Widodo yang optimis namun tetap waspada dalam menghadapi ketidakpastian kondisi perekonomian global.

"Saya setuju dengan sikap Presiden pada pidato Rancangan Undang-Undang Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2023 tersebut, karena penting untuk meningkatkan urgensi terhadap krisis bagi para pejabat pemerintah dan mengelola ekspektasi masyarakat ke depan," ujar Reyhan saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Dia juga mengatakan, desain APBN 2023 yang bersifat waspada, antisipatif dan responsif penting dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan perubahan pada waktu mendatang.

Indonesia biasanya mengalami time-lag dari pengaruh krisis global, terutama akibat beberapa kebijakan fiskal. Hal ini sudah terlihat dari tingkat inflasi Indonesia yang baru naik akhir-akhir ini akibat karena peningkatan harga pangan.

Salah satu pengaruh lainnya adalah kebijakan subsidi energi yang bisa menjadi bom waktu karena berisiko membuat hidden-inflation.

"Oleh karena itu, kewaspadaan menjadi penting sembari menyiapkan langkah antisipatif serta fleksibel untuk merespons berbagai perubahan ke depan," kata Reyhan.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menyebutkan desain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2023 harus senantiasa waspada, antisipatif dan responsif terhadap berbagai kemungkinan skenario yang dinamis dan berpotensi menimbulkan gejolak.

Desain belanja dan pendapatan serta pembiayaan harus fleksibel, menyediakan ruang fiskal yang memadai agar mempunyai daya redam yang efektif untuk mengantisipasi ketidakpastian.

Menurut Presiden, APBN Tahun 2023 harus mampu meredam keraguan, membangkitkan optimisme dan mendukung pencapaian target pembangunan, namun tetap dengan kewaspadaan yang tinggi. APBN juga harus terus berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan dan instrumen kontra siklus.

Namun Presiden Jokowi mengatakan ketidakpastian global tak boleh membuat Indonesia menjadi pesimistis. Dalam delapan tahun terakhir, Indonesia telah memupuk modal penting untuk menciptakan ekosistem pembangunan yang lebih kondusif

Baca juga: Sri Mulyani: RAPBN 2023 siap respons risiko ketidakpastian global
Baca juga: Ketua Banggar DPR: Desain APBN 2023 optimistis dan realistis
Baca juga: Ekonom UI: Target inflasi 3,3 persen pada 2023 bisa tercapai