Dolar AS menguat, Aussie jatuh setelah data ekonomi China melemah
16 Agustus 2022 06:04 WIB
Arsip foto - Ilustrasi - Uang kertas AS satu dolar terlihat di depan grafik saham yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil, 8 Februari 2021 ini. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/pri.
New York (ANTARA) - Mata uang safe-haven dolar AS melambung pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), sementara mata uang yang sensitif terhadap komoditas termasuk dolar Australia jatuh setelah serangkaian data baru China yang mengecewakan mendorong kekhawatiran resesi global.
Output industri China, penjualan ritel, dan investasi aset tetap semuanya jauh dari perkiraan analis dalam data yang diterbitkan pada Senin (15/8), karena pemulihan yang baru lahir dari penguncian COVID-19 yang kejam goyah.
Komoditas-komoditas termasuk bijih besi merosot di tengah kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan dari China, yang merugikan mata uang yang terpapar aset-aset tersebut, termasuk dolar Australia.
"Kekhawatiran tentang permintaan China untuk komoditas ... pada margin itu mungkin mendorong sikap risk-off, (penghindaran risiko)," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,79 persen menjadi 106,52. Euro turun 0,97 persen terhadap dolar menjadi 1,0157 dolar.
Dolar Australia, yang juga dipandang sebagai proksi untuk pertumbuhan global, jatuh 1,43 persen menjadi 0,7021 dolar AS. Dolar Selandia Baru merosot 1,45 persen menjadi 0,6363 dolar AS.
Yuan di pasar luar negeri mencapai 6,8197, terlemah sejak 16 Mei, setelah bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman utama dalam langkah mengejutkan untuk menghidupkan kembali permintaan.
Indeks dolar telah jatuh dari level tertinggi 20-tahun di 109,29 pada 14 Juli di tengah harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif dan bahwa kenaikan inflasi terburuk mungkin telah berlalu.
Kekhawatiran bahwa pengetatan Fed akan mengirim ekonomi ke dalam resesi juga telah mengirim imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih rendah.
Namun, pejabat-pejabat Fed telah mempertahankan nada hawkish dan menekankan terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi.
"The Fed memberi tahu kami bahwa mereka ingin memperketat kondisi keuangan dan pasar telah melonggarkannya, sehingga Fed harus mengarahkan poinnya dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar," kata Chandler, menambahkan dia memperkirakan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan September.
Data minggu ini termasuk produksi industri pada Selasa dan penjualan ritel pada Rabu (17/8) juga dapat "membantu meredakan kekhawatiran bahwa AS berkontraksi lagi," kata Chandler, yang akan mendorong greenback.
Output industri China, penjualan ritel, dan investasi aset tetap semuanya jauh dari perkiraan analis dalam data yang diterbitkan pada Senin (15/8), karena pemulihan yang baru lahir dari penguncian COVID-19 yang kejam goyah.
Komoditas-komoditas termasuk bijih besi merosot di tengah kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan dari China, yang merugikan mata uang yang terpapar aset-aset tersebut, termasuk dolar Australia.
"Kekhawatiran tentang permintaan China untuk komoditas ... pada margin itu mungkin mendorong sikap risk-off, (penghindaran risiko)," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,79 persen menjadi 106,52. Euro turun 0,97 persen terhadap dolar menjadi 1,0157 dolar.
Dolar Australia, yang juga dipandang sebagai proksi untuk pertumbuhan global, jatuh 1,43 persen menjadi 0,7021 dolar AS. Dolar Selandia Baru merosot 1,45 persen menjadi 0,6363 dolar AS.
Yuan di pasar luar negeri mencapai 6,8197, terlemah sejak 16 Mei, setelah bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman utama dalam langkah mengejutkan untuk menghidupkan kembali permintaan.
Indeks dolar telah jatuh dari level tertinggi 20-tahun di 109,29 pada 14 Juli di tengah harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga yang agresif dan bahwa kenaikan inflasi terburuk mungkin telah berlalu.
Kekhawatiran bahwa pengetatan Fed akan mengirim ekonomi ke dalam resesi juga telah mengirim imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih rendah.
Namun, pejabat-pejabat Fed telah mempertahankan nada hawkish dan menekankan terlalu dini untuk menyatakan kemenangan atas inflasi.
"The Fed memberi tahu kami bahwa mereka ingin memperketat kondisi keuangan dan pasar telah melonggarkannya, sehingga Fed harus mengarahkan poinnya dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar," kata Chandler, menambahkan dia memperkirakan bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan September.
Data minggu ini termasuk produksi industri pada Selasa dan penjualan ritel pada Rabu (17/8) juga dapat "membantu meredakan kekhawatiran bahwa AS berkontraksi lagi," kata Chandler, yang akan mendorong greenback.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022
Tags: