Setelah lebih dari dua tahun seluruh dunia dilanda pandemi COVID-19, perlu dibentuk rencana yang komprehensif dan menyeluruh agar kesejahteraan keluarga Malaysia terus terjaga, kata Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob melalui akun media sosialnya yang diakses di Kuala Lumpur, Senin.
Menurut dia, tantangan kesehatan yang dihadapi sebelumnya dan apa yang akan dihadapi pada masa depan harus dijadikan dasar untuk memperbaiki dan memperkuat sistem kesehatan yang ada.
Oleh karena itu, katanya, penyusunan Buku Putih Kesehatan tepat waktu untuk mewujudkan sistem kesehatan yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan di tahun-tahun mendatang.
Dalam upaya mereformasi sistem kesehatan nasional, ia mengharapkan sistem kesehatan nasional dapat mendukung dan membantu keluarga Malaysia untuk tetap sehat dan tidak lagi berfokus pada pengobatan dan intervensi setelah sakit.
Selain itu, sistem kesehatan nasional tersebut mampu memenuhi kebutuhan pengobatan keluarga Malaysia secara berkelanjutan dan tangguh dalam menghadapi segala tantangan, termasuk dalam situasi pandemi global.
Ia juga berharap sistem kesehatan nasional itu nantinya menjadi kebanggaan keluarga Malaysia karena dirasakan menjadi bagian dari mereka dan perannya dihargai.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin mengatakan Buku Putih Kesehatan tersebut akan diajukan untuk persetujuan parlemen.
Dalam 65 tahun terakhir, menurut dia, sangat sedikit perubahan model kesehatan terjadi, dan sebagian masih bersifat kuratif.
Model yang ada sekarang, ujarnya, tidak cukup untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan, ketika pasien biasanya akan menunggu sampai merasa sangat tidak sehat sebelum secara aktif mencari perawatan dari dokter.
Berdasarkan Survei Kesehatan dan Morbiditas Nasional, telah terjadi peningkatan penyakit kronis sejak tahun 2011.
Ia mengatakan angka 2019 menunjukkan bahwa satu dari lima orang dewasa menderita diabetes, tiga dari 10 orang dewasa menderita hipertensi, dan empat dari 10 orang dewasa mengalami peningkatan kadar kolesterol.
Khairy juga mengatakan satu dari dua orang dewasa Malaysia kelebihan berat badan atau obesitas dan satu dari empat orang dewasa Malaysia tidak aktif secara fisik.
Selain itu, ujarnya, 4,8 juta orang Malaysia di atas 15 tahun adalah perokok dan 600.000 anak-anak Malaysia berusia antara 13 tahun dan 19 tahun telah menggunakan rokok elektrik.
Pada 2017, biaya kesehatan langsung dan hilangnya produktivitas karena penyakit kronis telah diperkirakan merugikan Malaysia sebesar RM22,53 miliar atau setara Rp74,49 triliun, yang hampir 40 persen dari total pengeluaran untuk kesehatan.
Ia mengatakan Malaysia adalah bangsa yang menua, yang diproyeksikan bahwa pada 2040 penduduk berusia 65 tahun ke atas akan meningkat menjadi 14,5 persen dari total penduduk.
Baca juga: Malaysia luncurkan panduan untuk industri wisata kesehatan
Baca juga: Kementrian Kesehatan Malaysia peroleh stimulus RM1 miliar