"Program dari kami adalah pengurangan risiko bencana. Kami coba untuk melakukan pencegahan dengan mengajari, edukasi, sosialisasi, tandur-tandur dan lain-lain yang merupakan bagian daripada pencegahan," kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Provinsi Jawa Timur Budi Santoso saat memberikan sambutan di Madrasah Aliyah (MA) Riyadlus Sholihin Kota Probolinggo, Senin.
Menurutnya program serupa juga telah berjalan di Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan, namun untuk di Kota Probolinggo adalah pertama kali dilaksanakan di lingkungan pondok pesantren.
"Ada peraturan daerah nya, sehingga kami menyasar pondok pesantren, pertama dilakukan di MA Riyadlus Sholihin," tuturnya.
Baca juga: Sleman kukuhkan 30 satuan pendidikan aman bencana
Asisten Administrasi Pemerintahan Gogol Sujarwo menyampaikan terima kasih kepada BPBD Jatim karena ikut serta bersama-sama menjalankan amanat UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
"Ada bentuk perhatian dan implementasi di daerah karena itu memang amanat dari Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana bahwa semua harus tangguh. Itu tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan swasta," katanya.
Ia juga berpesan kepada BPBD Kota Probolinggo dan Kementerian Agama setempat agar ke depan lebih banyak lagi sekolah-sekolah ikut program Satuan Pendidikan Aman Bencana.
"Hal itu mengingat pentingnya program tersebut. Bapak Wali kota berharap untuk sekolah-sekolah lainnya dari jenjang terbawah sampai jenjang menengah di Kota Probolinggo juga dapat segera dikembangkan sebagai Satuan Pendidikan Aman Bencana," ujarnya.
Baca juga: BNPB ingatkan pesantren terapkan protokol kesehatan
Siswa-siswi MA Riyadlus Sholihin akan didampingi oleh Koordinator Sekretaris Bersama Relawan Penanggulangan Bencana Jawa Timur Dian Harmuningsih untuk mengikuti berbagai pelatihan di antaranya kajian risiko bencana, pembentukan tim siaga sekolah, simulasi, kesiapsiagaan bencana dan kesiapsiagaan perlindungan diri.
Khusus untuk simulasi akan diberikan contoh kesiapsiagaan bencana alam saat terjadi gempa bumi karena Jatim berada di lempeng yang sering terjadi gempa, sehingga anak-anak harus dilatih ketika ada gempa dan harus siap.
Sebagai pendukung pembelajaran, BPBD Jawa Timur juga telah menyiapkan mobil edukasi penanganan bencana yang dilengkapi fasilitas videotron, komputer interaktif, mobile sound system, literatur buku tanggap bencana, banner serta kelengkapan unit lainnya.
Baca juga: BPBD Pamekasan gencarkan pendidikan tangguh bencana di pesantren