Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, melemah dibayangi sentimen kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed.
Rupiah pagi ini melemah 17 poin atau 0,12 persen ke posisi Rp14.685 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.668 per dolar AS.
"Naiknya dolar AS karena sentimen kenaikan suku bunga The Fed di bulan September mendatang," tulis Tim Riset Monex Investindo Futures dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell, menyebutkan akan menghentikan kebijakan moneter yang terlalu agresif setelah kenaikan sebesar 75 basis poin pada Juni dan Juli lalu.
Kendati demikian, beberapa pejabat The Fed terus menyuarakan dukungan kenaikan suku bunga agresif pada pertemuan September mendatang.
Dukungan itu berlanjut dari pernyataan Mary Daly di akhir pekan lalu, terlepas dari laporan inflasi AS yang menunjukkan penurunan.
Beberapa pengamat berpendapat bahwa para pejabat The Fed mencoba untuk mempertahankan tingkat inflasi tetap turun dengan langkah kenaikan suku bunga, dan tidak merasa menang dengan turunnya laporan inflasi tersebut.
Saat ini, 63,5 persen pelaku pasar menempatkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 basis poin, dan 36,5 persen berekspektasi kenaikan sebesar 75 basis poin pada kebijakan The Fed September nanti.
Pada Jumat (12/8) lalu, rupiah ditutup menguat 98 poin atau 0,66 persen ke posisi Rp14.668 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.766 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat tajam, ditopang fundamental ekonomi solid
Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat, ditopang inflasi produsen AS melambat
Baca juga: Rupiah Jumat pagi menguat 29 poin terhadap dolar AS
Rupiah melemah dibayangi sentimen kenaikan suku bunga bank sentral AS
15 Agustus 2022 10:45 WIB
Karyawan menghitung uang dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: