Kota Bogor (ANTARA) - Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan ayam pedaging dengan nama IPB D1 yang merupakan hasil persilangan antara ayam lokal dengan ayam pedaging luar negeri Parent Stock Cobb yang lebih kuat terhadap penyakit dan bisa dikembangkan di pedesaan untuk menyumbang ketahanan pangan dari sektor hewani.

Peneliti dari Fakultas Peternakan IPB Profesor Cece Sumantri, di Kota Bogor, Minggu, mengatakan ayam pedaging hasil persilangan terinspirasi dari sulitnya bibit dan pakan ayam pedaging yang selama ini masih impor.
"Ayam ini sudah dikembangkan di Sukabumi bekerja sama dengan swasta dan ternyata hasilnya bagus, bobot daging bagus seperti ayam pedaging bibit luar, tetapi juga punya cita rasa ayam lokal yang lebih kuat terhadap penyakit," kata Profesor Cece.

Cece menyebutkan komposisi ayam pedaging hasil penelitiannya sudah ada tiga generasi yakni IPB D1, D2 dan D3 yang memiliki keunggulan bobot daging, ketahanan tubuh dan lainnya cukup tinggi, terutama di IPB D3 yang masih dalam pengembangan. Sementara IPB D1 sudah bisa diternak oleh masyarakat luas.

Ayam-ayam tersebut merupakan persilangan dari jantan F1 antara ayam pelung dengan ayam sentul dikawinkan dengan betina F1 hasil persilangan ayam kampung dengan Parent Stock Cobb pedaging.


Baca juga: Kementan kenalkan varietas ayam lokal pedaging unggul

Secara genetik, ayam IPB D1 mempunyai komposisi gen ayam pelung, sentul, kampung, Cobb, masing-masing sebesar 25 persen. Artinya, komposisi bibit pedaging impor hanya 25 persen.

Pada Tahun 2019, Ayam IPB D1 telah ditetapkan sebagai rumpun baru ayam lokal pedaging unggul dengan SK No.693/KPTS/PK.230/M/9/2019. Ayam IPB D1 diklaim memiliki kemampuan tumbuh cepat, kualitas daging baik, dan tahan terhadap penyakit Newcastle Disease (ND) dan Salmonella.

Prof Cece melanjutkan, pengembangan ayam IPB D1 sejak tahun 2020 ditargetkan untuk mendapatkan calon galur induk betina IPB D2 (female line). Indukan tersebut diharapkan dapat lebih tahan lagi terhadap penyakit terutama ND. Serta calon galur pejantan IPB D3 (male line) yang lebih cepat tumbuh lagi.

“Dengan demikian, akan menghasilkan ayam IPB D1 upgrade yang lebih unggul, baik dalam ketahanan penyakit, pertumbuhan dan kualitas dagingnya terutama kandungan mineral Fe dan Zn pada dagingnya,” kata Prof Cece.

Prof Cece optimistis, berkembangnya industri pembibitan, pakan serta teknik budidaya ayam lokal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan daging maupun telur dari ayam ras yang bibit dan pakannya masih berbasis impor.

Jika itu telah terlaksana merata, kata dia, agribisnis peternakan ayam lokal dapat berkembang dengan baik terutama di pedesaan yang secara langsung akan menggerakkan perekonomian pedesaan.

Baca juga: Pakar : ternak lokal sumbar potensial untuk MEA
Baca juga: Duta Ayam Indonesia untuk hadapi pasar global