Jakarta (ANTARA) - Pandemi menjadikan layanan digital terus berkembang termasuk di sektor perbankan, apalagi mengingat teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dapat mencegah penipuan dalam sistem perbankan.

"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menerapkan solusi bisnis yang lebih sederhana dengan bantuan AI. Perbankan digital akan semakin gencar di masa depan karena meningkatnya preferensi publik untuk mengakses layanan perbankan melalui ponsel, serta adanya tuntutan sebuah sistem pembayaran digital yang praktis," kata Country Manager Advance.ai Ronald F.Molenaar dalam siaran persnya, Jumat.

Baca juga: OJK sebut akan buat model asesmen ukur digitalisasi perbankan

Kendati demikian, Ronald menambahkan bahwa sistem pembayaran ini juga harus dilengkapi dengan langkah-langkah keamanan online yang lebih kokoh, dan hal tersebut dapat terwujud dengan memanfaatkan machine learning untuk menganalisis kelayakan kredit.

Jika berkaca dengan agenda prioritas sektor keuangan di dalam Presidensi G20 Indonesia yaitu meningkatkan inklusi keuangan digital dan keuangan UMKM maka diharapkan pemanfaatan teknologi seperti AI bisa membantu perbankan digital bisa lebih mudah diakses oleh masyarakat Indonesia.

Salah satu pemanfaatan AI di sistem perbankan digital yang mempermudah layanan ialah proses verifikasi digital.

Tidak hanya membantu proses verifikasi, pemanfaatan AI bahkan sebenarnya bisa membantu proses pengajuan layanan perbankan yang lebih kompleks seperti layanan pinjaman.

Dengan memanfaatkan AI secara tepat maka perbankan bisa secara digital mengukur risiko seseorang dan bisa mengkategorikan, mencocokkan jenis dan jangka waktu pinjaman dengan lebih efisien.

Advance.ai dapat menjadi salah satu perusahaan pilihan untuk mendukung proses tersebut karena memang mengembangkan solusi platform berbasis AI dengan klaim mampu memverifikasi data secara digital, memitigasi penipuan, hingga melakukan pengenalan dokumen identitas secara efisien dengan bermodalkan gawai pintar pengguna layanan.

Perusahaan asal Singapura itu, bahkan menjadi perusahaan pertama di Asia Tenggara yang telah lulus tes kelayakan Presentation Attack Detection (PAD) iBeta terhadap serangan penipuan (fraudulent attacks) sesuai sertifikasi ISO 30106-3 untuk produk liveness detection.

“Verifikasi identitas secara digital dan teknologi manajemen risiko akan dapat mendukung bank, entitas tekfin, dan perusahaan multi-finance untuk bisa secara digital menerima nasabah dan pelaku UMKM baru, serta menilai risiko dan kelayakan kredit dari segmen-segmen tersebut, yang banyak di antaranya tidak mempunyai profil kredit lengkap,” kata Ronald.

Baca juga: LPS catat simpanan di bank digital tumbuh 8 ribu persen di Mei 2022

Baca juga: BCA Digital kurangi emisi karbon dan beri edukasi keuangan nasabah

Baca juga: Menilik perkembangan digitalisasi perbankan dan upaya pengamanan data