Banda Aceh (ANTARA) - Komisi VI DPR RI mengapresiasi upaya dan komitmen PT PLN (Persero) menjaga pasokan listrik di seluruh wilayah Indonesia, termasuk di Aceh hingga selalu berada dalam kondisi aman.

"Saya berterima kasih kepada PLN yang telah sangat baik melayani masyarakat Aceh secara khususnya,” kata anggota Komisi VI DPR RI asal Aceh Muslim dalam keterangan yang diterima di Banda Aceh, Rabu.

Hal itu disampaikan Muslim dalam kunjungan kerja reses Komisi VI DPR RI Masa Persidangan V Tahun Sidang 2021-2022 bersama perusahaan di bawah Kementerian BUMN yang ada di Aceh, di Banda Aceh.

Untuk diketahui, saat ini daya mampu listrik di Aceh sebesar 669 megawatt (MW) dengan beban puncak tertinggi di 2022 sebesar 445 MW, terdapat surplus daya sekitar 224 MW untuk mendukung kebutuhan listrik di Aceh.

Pasokan tersebut salah satunya disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kabupaten Nagan Raya dengan kapasitas 2x100 MW dan PLTMG Arun dengan daya 430 MW.

Muslim juga mempertanyakan terkait adanya anggapan jika listrik Aceh defisit, sehingga harus dipasok dari Sumatera Utara.

"Apa benar demikian listrik Aceh harus dipasok dari Sumatera Utara," ujar Ketua DPD Demokrat Aceh itu.

Merespons hal tersebut, Direktur Regional Sumatera dan Kalimantan PLN Adi Lumakso menegaskan bahwa sistem kelistrikan Pulau Sumatera telah terintegrasi dari Aceh hingga Lampung.

Secara sistem, kata Adi, tidak ada defisit listrik di subsistem Aceh, dengan sumber PLTU Nagan 2X100 MW dan PLTMG Arun 430 MW, sedangkan beban puncak di Aceh hanya 445 MW.

"Itu terkoneksi dengan sistem besar di grid Sumatera, sehingga transfer listrik dari Sumut ke Aceh atau Aceh ke Sumut sesuai dengan kondisi sistem,” katanya pula.

Adi juga menjelaskan, sistem kelistrikan Sumatera sampai dengan Juli memiliki daya mampu sebesar 8.638 MW, beban puncaknya hanya 6.378 MW. Artinya, masih terdapat cadangan sebesar 2.260 MW.

Kemudian, untuk sistem kelistrikan Kalimantan sampai dengan Juli mempunyai daya mampu sebesar 2.784 MW dan beban puncak 1.650 MW, sehingga terdapat cadangan sebesar 1.134 MW.

Adi menambahkan, berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2021-2030 terdapat rencana penambahan pembangkit di Sumatera dengan total kapasitas 9.758 MW dan Kalimantan sebesar 2.803 MW.

“Dengan proyeksi rata-rata pertumbuhan 7,4 persen, didapatkan rata-rata reserve margin Sumatera sebesar 45,7 persen dan Kalimantan sebesar 32 persen. Sehingga sistem Sumatera-Bangka dan Kalimantan masih surplus atau oversupply hingga tahun 2030,” ujarnya.

Terkait dengan rasio desa berlistrik (RDB) PLN, kata Adi, sampai dengan Juni 2022 untuk regional Sumatera-Kalimantan sebesar 95,69 persen, dengan Sumatera sebesar 99,5 persen dan Kalimantan sebesar 82,32 persen.

“Khusus di Aceh, rasio desa berlistrik telah mencapai 100 persen. Sementara untuk rasio elektrifikasi Aceh sebesar 99,96 persen,” demikian Adi Lumakso.
Baca juga: Realisasi investasi di Provinsi Aceh tahun 2021 melonjak 201 persen
Baca juga: PLN pasok listrik platinum 7,79 MVA untuk terminal LPG Arun