DPRD dukung PAM Jaya matangkan swakelola sistem air minum di Jakarta
10 Agustus 2022 16:39 WIB
Personel PAM Jaya memantau perangkat teknologi Brackish Water Reverse Osmosis (BWRO) di IPA Mookervart, Daan Mogot, Jakarta. IPA Mookervart merupakan terobosan dari PAM JAYA yang menggunakan teknologi pengolahan air baku menjadi air minum. ANTARA/Aji Cakti
Jakarta (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta mendukung dan mendorong Perumda PAM Jaya untuk mematangkan pelaksanaan swakelola seluruh sistem air minum di Jakarta mulai 1 Februari 2023,
Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Nurhasan mengatakan jelang berakhirnya kerja sama PAM Jaya dengan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta itu, PAM Jaya perlu segera menyusun rencana matang dalam masa transisi ini termasuk untuk menanggulangi kebocoran pipa.
"Januari 2023 Aetra dan Palyja harus lepas, karena berdasarkan kontrak memang sudah selesai. Dalam enam bulan ini, PAM harus benar-benar memanfaatkan transisi untuk menanggulangi berbagai masalah. Sehingga ketika kick off PAM Jaya benar-benar siap," ujar Nurhasan dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Hal senada juga disampaikan anggota Pansus Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono, yang juga mendorong PAM Jaya mulai menginventarisir sejumlah permasalahan terkait tingginya tingkat kebocoran pipa yang saat ini mencapai 48,76 persen di Palyja dan 42,6 persen di Aetra.
"Dari hasil kunjungan kita diskusikan bersama bagaimana bisa mengurangi kebocoran, memperbaiki kualitas, dan menambah jaringan, ini target yang harus dilakukan PAM Jaya ke depan," ucapnya.
Gembong berharap masyarakat bisa mendapat suplai air bersih yang lebih layak jika nanti pengelolaan air minum sudah ditangani sepenuhnya oleh PAM Jaya.
"Kalau pemerintah provinsi punya kemauan dalam mengambil alih ini, saya yakin PAM Jaya mampu menjalankan dengan baik. Ke depan justru pelayanan air minum kepada masyarakat jauh lebih baik ketika ditangani sendiri," katanya.
Selain itu, Gembong juga mengharapkan PAM Jaya memiliki target khusus untuk perbaikan pipa setiap tahunnya, dengan harapan air yang diterima masyarakat sudah layak minum.
"Ke depan kualitas air yang diterima masyarakat sudah baik, ditopang oleh jaringan yang berkualitas. PAM Jaya harus punya target tahunan dan harus mampu memproduksi air minum untuk warga Jakarta," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengaku siap melakukan upaya-upaya perbaikan kerusakan atau kehancuran material pipa akibat adanya reaksi kimia pada besi (korosi) yang menyebabkan kebocoran.
"Pertama kita memang baru kick off tentang pengambil alihan, ini masa transisi. Kita ada proses due diligence, inventarisasi (permasalahan) dulu semua. Dari situ baru kita kemudian melakukan analisa kajian pada pipa yang terkena korosi," kata Arief menambahkan.
Baca juga: Pengembangan SPAM di Jakarta targetkan layanan 100 persen pada 2030
Baca juga: Jaringan perpipaan air minum di Jakarta perlu dipercepat
Baca juga: Pansus DPRD DKI kunjungi pengolahan air PAM JAYA di Pejompongan
Wakil Ketua Panitia Khusus (Pansus) Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Nurhasan mengatakan jelang berakhirnya kerja sama PAM Jaya dengan PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta itu, PAM Jaya perlu segera menyusun rencana matang dalam masa transisi ini termasuk untuk menanggulangi kebocoran pipa.
"Januari 2023 Aetra dan Palyja harus lepas, karena berdasarkan kontrak memang sudah selesai. Dalam enam bulan ini, PAM harus benar-benar memanfaatkan transisi untuk menanggulangi berbagai masalah. Sehingga ketika kick off PAM Jaya benar-benar siap," ujar Nurhasan dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Hal senada juga disampaikan anggota Pansus Pengelolaan Air Minum DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono, yang juga mendorong PAM Jaya mulai menginventarisir sejumlah permasalahan terkait tingginya tingkat kebocoran pipa yang saat ini mencapai 48,76 persen di Palyja dan 42,6 persen di Aetra.
"Dari hasil kunjungan kita diskusikan bersama bagaimana bisa mengurangi kebocoran, memperbaiki kualitas, dan menambah jaringan, ini target yang harus dilakukan PAM Jaya ke depan," ucapnya.
Gembong berharap masyarakat bisa mendapat suplai air bersih yang lebih layak jika nanti pengelolaan air minum sudah ditangani sepenuhnya oleh PAM Jaya.
"Kalau pemerintah provinsi punya kemauan dalam mengambil alih ini, saya yakin PAM Jaya mampu menjalankan dengan baik. Ke depan justru pelayanan air minum kepada masyarakat jauh lebih baik ketika ditangani sendiri," katanya.
Selain itu, Gembong juga mengharapkan PAM Jaya memiliki target khusus untuk perbaikan pipa setiap tahunnya, dengan harapan air yang diterima masyarakat sudah layak minum.
"Ke depan kualitas air yang diterima masyarakat sudah baik, ditopang oleh jaringan yang berkualitas. PAM Jaya harus punya target tahunan dan harus mampu memproduksi air minum untuk warga Jakarta," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin mengaku siap melakukan upaya-upaya perbaikan kerusakan atau kehancuran material pipa akibat adanya reaksi kimia pada besi (korosi) yang menyebabkan kebocoran.
"Pertama kita memang baru kick off tentang pengambil alihan, ini masa transisi. Kita ada proses due diligence, inventarisasi (permasalahan) dulu semua. Dari situ baru kita kemudian melakukan analisa kajian pada pipa yang terkena korosi," kata Arief menambahkan.
Baca juga: Pengembangan SPAM di Jakarta targetkan layanan 100 persen pada 2030
Baca juga: Jaringan perpipaan air minum di Jakarta perlu dipercepat
Baca juga: Pansus DPRD DKI kunjungi pengolahan air PAM JAYA di Pejompongan
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2022
Tags: