Jakarta (ANTARA) - Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan kompleksitas tantangan saat hadapi pandemi COVID-19 membawa ekonomi menjadi lebih tangguh dan mencapai pertumbuhan berkelanjutan.

“Kami belajar dari Profesor Foresman tentang pentingnya kompleksitas ekonomi yang dapat membawa perekonomian kita menjadi lebih tangguh dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” katanya dalam G20 3rd Development Working Group Side Event yang diikuti Antara di Jakarta, Senin.

Suharso mengatakan pandemi COVID-19 telah menyebabkan ekonomi berbagai negara turun dalam dua tahun terakhir yang tidak terkecuali juga menimpa negara-negara anggota G20.

Ekonomi Argentina alami kontraksi 9,9 persen pada 2020, Inggris kontraksi 9,3 persen, Italia 9 persen, Meksiko 8,2 persen, Prancis 7,9 persen, India 6,6 persen dan Afrika Selatan terkontraksi 6,4 persen.

Di sisi lain, saat ini negara-negara G20 telah berhasil keluar dari kontraksi ekonomi dan mencetak pertumbuhan yang positif pada 2021.

Baca juga: Bank Dunia sebut Indonesia stabil jaga perekonomian kisaran 5 persen

Beberapa negara tersebut seperti India tumbuh 8,9 persen, Inggris 7,4 persen, Prancis 7 persen, Italia 6,6 persen, Amerika Serikat (AS) 5,7 persen, Meksiko 5,8 persen dan Brasil 4,6 persen.

Suharso menjelaskan jauh sebelum pandemi negara-negara G20 telah berusaha untuk mentransformasikan ekonomi yang pada akhirnya memberikan banyak pelajaran dalam
menghadapi krisis.

Ia mencontohkan, seperti Meksiko yang berusaha untuk mereformasi ekonominya dengan berfokus pada derivasi ekonomi untuk melakukan reformasi di sektor eksternal.

Kemudian juga Korea Selatan yang menekankan bahwa transformasi ekonomi adalah penelitian dan inovasi serta komitmen besar pemerintah dan rakyatnya.

Sedangkan Afrika Selatan berupaya mentransformasi ekonominya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan berfokus pada pemberdayaan penduduk lokal.

Sementara itu, Suharso mengatakan pandemi COVID-19 semakin memberikan dorongan kepada pemerintah negara-negara G20 untuk memaksimalkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sehingga bertahan dalam segala kondisi.

Terlebih lagi, saat ini krisis global belum selesai seiring situasi geopolitik yang masih tidak menentu sehingga menimbulkan tantangan baru bagi jalur pemulihan global.

Ketegangan geopolitik ini telah menyebabkan terganggunya rantai pasokan dan meningkatnya harga komoditas sekaligus tekanan pada inflasi dan pengetatan likuiditas global.

“Tekanan lainnya termasuk terhadap pemulihan ekonomi dan dapat menunda transformasi pasca COVID-19,” ujar Suharso.

Baca juga: Menteri Suharso luncurkan bahan bakar "Made in Bali"