Satgas: Reinfeksi Monkeypox bisa terjadi saat imunitas tubuh menurun
5 Agustus 2022 17:17 WIB
Tangkapan layar Ketua Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Jumat (5/8/2022). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - Ketua Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Hanny Nilasari mengatakan reinfeksi penyakit cacar monyet atau Monkeypox memungkinkan terjadi saat penurunan imunitas tubuh.
"Monkeypox hampir sama dengan infeksi virus lain. Apabila terinfeksi virus, pada saat itu ada gejala dan tubuh akan membentuk antibodi. Tubuh itu punya antibodi untuk masa tertentu, kecuali dia punya kondisi defisiensi imun tubuh, daya tahannya lemah makanya bisa reinfeksi berulang," kata Hanny Nilasari saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Jumat.
Hanny mengatakan virus cacar monyet termasuk dalam keluarga yang sama dengan virus cacar air atau Smallpox.
Baca juga: PERDOSKI: Cacar monyet dapat picu komplikasi berat hingga kematian
"Vaksin cacar yang diterima masyarakat pada periode penyuntikan 1970-1980an masih relevan untuk memberikan perlindungan dari risiko penularan Monkeypox," katanya.
Menurut Hanny, upaya perlindungan yang efektif dari pencegahan cacar monyet adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dikombinasikan dengan protokol kesehatan.
Berdasarkan penelitian kasus di sejumlah negara yang kini terjangkit cacar monyet, kata Hanny, umumnya dialami kelompok masyarakat pada komunitas tertentu seperti perilaku seksual sesama jenis maupun berhubungan seksual di luar nikah.
"Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, dari sanalah nama Monkeypox diambil," katanya.
Baca juga: BRIN: Bangun kesiapsiagaan antisipasi cacar monyet di Indonesia
Kasus manusia pertama dari Monkeypox tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (DRC) selama periode upaya intensif untuk menghilangkan cacar.
Sejak itu, cacar monyet telah dilaporkan pada orang-orang di beberapa negara Afrika tengah dan barat lainnya. Ketika seseorang terkena infeksi virus Monkeypox, biasanya dibutuhkan setidaknya lima hingga 21 hari untuk mengembangkan gejalanya.
Sejumlah gejala yang berhubungan dengan cacar monyet antara lain demam, sakit kepala kronis, nyeri otot, sakit punggung, panas dingin dan batuk, serta ada pembengkakan kelenjar getah bening.
Baca juga: WHO yakin wabah cacar monyet dapat dihentikan
Beberapa gejala lain yang juga muncul ketika seseorang terkena infeksi virus Monkeypox adalah kulit melepuh dengan sedikit cairan, ruam berwarna merah.
"Monkeypox hampir sama dengan infeksi virus lain. Apabila terinfeksi virus, pada saat itu ada gejala dan tubuh akan membentuk antibodi. Tubuh itu punya antibodi untuk masa tertentu, kecuali dia punya kondisi defisiensi imun tubuh, daya tahannya lemah makanya bisa reinfeksi berulang," kata Hanny Nilasari saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Jumat.
Hanny mengatakan virus cacar monyet termasuk dalam keluarga yang sama dengan virus cacar air atau Smallpox.
Baca juga: PERDOSKI: Cacar monyet dapat picu komplikasi berat hingga kematian
"Vaksin cacar yang diterima masyarakat pada periode penyuntikan 1970-1980an masih relevan untuk memberikan perlindungan dari risiko penularan Monkeypox," katanya.
Menurut Hanny, upaya perlindungan yang efektif dari pencegahan cacar monyet adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dikombinasikan dengan protokol kesehatan.
Berdasarkan penelitian kasus di sejumlah negara yang kini terjangkit cacar monyet, kata Hanny, umumnya dialami kelompok masyarakat pada komunitas tertentu seperti perilaku seksual sesama jenis maupun berhubungan seksual di luar nikah.
"Monkeypox pertama kali ditemukan pada tahun 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian, dari sanalah nama Monkeypox diambil," katanya.
Baca juga: BRIN: Bangun kesiapsiagaan antisipasi cacar monyet di Indonesia
Kasus manusia pertama dari Monkeypox tercatat pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (DRC) selama periode upaya intensif untuk menghilangkan cacar.
Sejak itu, cacar monyet telah dilaporkan pada orang-orang di beberapa negara Afrika tengah dan barat lainnya. Ketika seseorang terkena infeksi virus Monkeypox, biasanya dibutuhkan setidaknya lima hingga 21 hari untuk mengembangkan gejalanya.
Sejumlah gejala yang berhubungan dengan cacar monyet antara lain demam, sakit kepala kronis, nyeri otot, sakit punggung, panas dingin dan batuk, serta ada pembengkakan kelenjar getah bening.
Baca juga: WHO yakin wabah cacar monyet dapat dihentikan
Beberapa gejala lain yang juga muncul ketika seseorang terkena infeksi virus Monkeypox adalah kulit melepuh dengan sedikit cairan, ruam berwarna merah.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022
Tags: