RBA peringatkan ekonomi melambat tajam karena inflasi melonjak
5 Agustus 2022 10:03 WIB
Arsip Foto - Instalasi seni yang diberi nama "Alpha Turtle" terlihat di depan Gedung Opera Sydney dan Jembatan Sydney Harbour, Australia, Jumat (15/8/2014). ANTARA/REUTERS/Jason Reed/am.
Sydney (ANTARA) - Bank sentral Australia pada Jumat memperingatkan inflasi menuju ke level tertinggi tiga dekade yang membutuhkan kenaikan suku bunga lebih lanjut yang akan memperlambat pertumbuhan secara tajam, sehingga sulit untuk menjaga ekonomi tetap "stabil".
Dalam pernyataan triwulanan tentang Kebijakan Moneter, Reserve Bank of Australia (RBA) mendongkrak perkiraan inflasi, menurunkan prospek pertumbuhan dan meramalkan kenaikan pengangguran pada akhirnya.
Namun sekalipun dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut, inflasi diperkirakan tidak akan kembali ke puncak kisaran target 2-3 persen hingga akhir 2024, menunjuk ke masa depan yang menyakitkan.
"Bank sentral berusaha melakukan ini dengan cara yang membuat ekonomi tetap stabil," kata Gubernur RBA Philip Lowe dalam pengantar pernyataan setebal 66 halaman.
"Jalan untuk mencapai keseimbangan ini adalah jalan yang sempit dan tunduk pada ketidakpastian yang cukup besar."
Bank sentral telah menaikkan suku bunganya empat bulan berturut-turut, mengambilnya dari level terendah darurat 0,1 persen ke level tertinggi tujuh tahun di 1,85 persen dan menandai lebih banyak lagi yang akan datang.
Baca juga: Fed AS naikkan suku bunga 75 basis poin karena inflasi yang persisten
"Dewan memperkirakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam proses normalisasi kondisi moneter selama beberapa bulan ke depan, tetapi tidak pada jalur yang telah ditentukan sebelumnya," kata Lowe.
Pasar memperkirakan suku bunga mencapai 3,0 persen pada Natal dan memuncak sekitar 3,30 persen pada April tahun depan.
Prospek hawkish mencerminkan fakta pembuat kebijakan telah salah langkah oleh inflasi yang melonjak di belakang kenaikan biaya untuk energi, makanan dan konstruksi.
RBA harus menaikkan perkiraan puncaknya untuk inflasi utama menjadi 7,75 persen, ketika baru-baru ini pada Mei mencapai 5,9 persen.
Inflasi inti diperkirakan mencapai 6,0 persen pada akhir tahun ini dan kemudian menurun secara bertahap menjadi 3,0 persen pada akhir 2024.
Lowe mengatakan level tinggi ini berisiko dibangun ke dalam perilaku penetapan upah dan harga, meskipun sejauh ini ekspektasi inflasi jangka panjang tetap berlabuh ke kisaran 2-3 persen.
Baca juga: Bank sentral Inggris naikkan suku bunga acuan menjadi 1,75 persen
Prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dipangkas satu persen poin menjadi 3,25 persen, sementara 2023 dan 2024 dipangkas sekitar seperempat poin menjadi 1,75 persen.
"Biaya hidup yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga dan penurunan harga rumah diperkirakan akan membebani pertumbuhan dan pengeluaran," kata Lowe. Harga rumah sekarang sedang turun dengan Sydney mengalami penurunan tercepat dalam 40 tahun.
Bank juga terkejut dengan kekuatan pasar tenaga kerja, yang melihat pengangguran mencapai level terendah 48 tahun di 3,5 persen pada Juni. RBA sekarang memperkirakan tingkat pengangguran turun menjadi 3,25 persen pada akhir tahun ini, sebelum naik perlahan menjadi 4,0 persen pada akhir 2024.
Pertumbuhan upah tahunan diperkirakan akan meningkat menjadi 3,0 persen tahun ini dan 3,6 persen berikutnya, meskipun itu masih akan tertinggal dari inflasi. Upah bisa tumbuh 3,9 persen pada 2024 yang akan menjadi yang tercepat dalam beberapa tahun.
Semua perkiraan ini didasarkan pada asumsi bahwa suku bunga naik sekitar 3,0 persen pada akhir tahun ini, dan sedikit menurun pada 2024.
Baca juga: Sri Mulyani: Inflasi Indonesia 4,94 persen masih relatif moderat
Dalam pernyataan triwulanan tentang Kebijakan Moneter, Reserve Bank of Australia (RBA) mendongkrak perkiraan inflasi, menurunkan prospek pertumbuhan dan meramalkan kenaikan pengangguran pada akhirnya.
Namun sekalipun dengan kenaikan suku bunga lebih lanjut, inflasi diperkirakan tidak akan kembali ke puncak kisaran target 2-3 persen hingga akhir 2024, menunjuk ke masa depan yang menyakitkan.
"Bank sentral berusaha melakukan ini dengan cara yang membuat ekonomi tetap stabil," kata Gubernur RBA Philip Lowe dalam pengantar pernyataan setebal 66 halaman.
"Jalan untuk mencapai keseimbangan ini adalah jalan yang sempit dan tunduk pada ketidakpastian yang cukup besar."
Bank sentral telah menaikkan suku bunganya empat bulan berturut-turut, mengambilnya dari level terendah darurat 0,1 persen ke level tertinggi tujuh tahun di 1,85 persen dan menandai lebih banyak lagi yang akan datang.
Baca juga: Fed AS naikkan suku bunga 75 basis poin karena inflasi yang persisten
"Dewan memperkirakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam proses normalisasi kondisi moneter selama beberapa bulan ke depan, tetapi tidak pada jalur yang telah ditentukan sebelumnya," kata Lowe.
Pasar memperkirakan suku bunga mencapai 3,0 persen pada Natal dan memuncak sekitar 3,30 persen pada April tahun depan.
Prospek hawkish mencerminkan fakta pembuat kebijakan telah salah langkah oleh inflasi yang melonjak di belakang kenaikan biaya untuk energi, makanan dan konstruksi.
RBA harus menaikkan perkiraan puncaknya untuk inflasi utama menjadi 7,75 persen, ketika baru-baru ini pada Mei mencapai 5,9 persen.
Inflasi inti diperkirakan mencapai 6,0 persen pada akhir tahun ini dan kemudian menurun secara bertahap menjadi 3,0 persen pada akhir 2024.
Lowe mengatakan level tinggi ini berisiko dibangun ke dalam perilaku penetapan upah dan harga, meskipun sejauh ini ekspektasi inflasi jangka panjang tetap berlabuh ke kisaran 2-3 persen.
Baca juga: Bank sentral Inggris naikkan suku bunga acuan menjadi 1,75 persen
Prakiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dipangkas satu persen poin menjadi 3,25 persen, sementara 2023 dan 2024 dipangkas sekitar seperempat poin menjadi 1,75 persen.
"Biaya hidup yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga dan penurunan harga rumah diperkirakan akan membebani pertumbuhan dan pengeluaran," kata Lowe. Harga rumah sekarang sedang turun dengan Sydney mengalami penurunan tercepat dalam 40 tahun.
Bank juga terkejut dengan kekuatan pasar tenaga kerja, yang melihat pengangguran mencapai level terendah 48 tahun di 3,5 persen pada Juni. RBA sekarang memperkirakan tingkat pengangguran turun menjadi 3,25 persen pada akhir tahun ini, sebelum naik perlahan menjadi 4,0 persen pada akhir 2024.
Pertumbuhan upah tahunan diperkirakan akan meningkat menjadi 3,0 persen tahun ini dan 3,6 persen berikutnya, meskipun itu masih akan tertinggal dari inflasi. Upah bisa tumbuh 3,9 persen pada 2024 yang akan menjadi yang tercepat dalam beberapa tahun.
Semua perkiraan ini didasarkan pada asumsi bahwa suku bunga naik sekitar 3,0 persen pada akhir tahun ini, dan sedikit menurun pada 2024.
Baca juga: Sri Mulyani: Inflasi Indonesia 4,94 persen masih relatif moderat
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: