Ridwan Kamil bekali ribuan siswa Jabar dengan Wawasan Kebangsaan
4 Agustus 2022 17:39 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil orasi kebangsaan di depan ribuan siswa tingkat SLTA di di Youth Center Sport Jabar Arcamanik, Kota Bandung, Kamis (4/8/2022). (ANTARA/HO-Humas Pemda Jabar)
Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil membekali ribuan siswa SMU, SMK dan SLB se-Bandung Raya dengan nilai-nilai wawasan kebangsaan dalam sebuah acara Orasi Ceramah Kebangsaan di Youth Center Sport Jabar Arcamanik, Kota Bandung, Kamis.
Acara yang digagas Gus Miftah itu dikemas secara menarik karena materi wawasan kebangsaan yang disampaikan cocok dengan karakter anak muda yang mengombinasikan tausiah dengan humor milenial.
Hal ini sesuai dengan tema yang diangkat yaitu 'Moderasi Beragama dan Berbangsa yang Menyenangkan'.
"Mudah-mudahan orasi kebangsaan ini menjadi penguat agar kita jauh dari pertengkaran, selalu menjadikan Jawa Barat yang damai dan toleran oleh narasi-narasi seperti tadi," ujar Ridwan Kamil.
Target dalam orasi kebangsaan ini, yakni anak muda yang rentan terhadap asupan informasi dari media sosial dan lingkungannya yang berpotensi melemahkan wawasan kebangsaan.
Tercatat sekitar 1.500 siswa hadir langsung di Youth Center Sport Jabar Arcamanik yang merupakan para pemimpin di kelasnya termasuk para guru mata pelajaran PPKN. Sisanya sekitar 3.000 siswa hadir secara virtual.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, berharap para pemimpin siswa tersebut bisa meneruskan materi kebangsaan kepada siswa lainnya maupun di lingkungannya.
"Mereka nantinya bisa meneruskan ke lingkungan terdekatnya. Inilah investasi, nanti panennya kedamaian dan kondusivitas yang kita cita-citakan," katanya.
Jabar sendiri merupakan provinsi pertama di Indonesia yang mempunyai kurikulum anti-radikalisme. Ketahanan ideologi itu disiapkan oleh sekolah lewat kearifan lokal maupun muatan lokal.
"Jawa Barat kan provinsi pertama yang punya kurikulum anti-radikalisme, kita sedang mempersiapkan ketahanan ideologi itu lewat kearifan lokal atau muatan lokal," ujar Kang Emil.
Adapun orasi kebangsaan dipastikan akan diperluas di lima wilayah di Jabar, yaitu Bandung Raya, Priangan Timur, Ciayumajakuning, Purwasuka, dan Bodebek.
"Tetap menyasar anak-anak SMA, SMK, dan SLB akan berlangsung di lima wilayah di Jabar," kata Kang Emil.
Sementara itu, Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah mengungkapkan, orasi kebangsaan dirancang sebagai bentuk edukasi dan pembelajaran kepada para siswa untuk lebih mencintai bangsa dan negaranya.
"Kita tumbuhkan rasa nasionalisme, patriotisme dengan memberikan pemahaman keragaman bangsa yang happy atau menyenangkan," katanya.
Menurutnya, bangsa ini sudah terlalu lelah terhadap hal yang memperbesar perbedaan, sehingga menimbulkan permusuhan antara satu kelompok dengan lainnya.
"Maka kami menganggap penting untuk membuat acara ini sehingga anak-anak didik kita mampu memahami kebangsaan secara baik dan benar, menganggap perbedaan itu rahmat bukan pemicu menjadi permusuhan," tutur pemimpin Pondok Pesantren Ora Aji Sleman itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat Dedi Supandi mengatakan, nantinya akan ada sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan agar semakin menumbuhkan nilai-nilai Wawasan Kebangsaan dikalangan pelajar.
"Kedepannya ada launching Gerakan 2,5 Juta Bendera Merah Putih se-Jabar. Lalu juga akan ada Gerakan 7 Harkat," ujar Dedi Supandi.
Dia menjelaskan Gerakan 7 Jarkat, yaitu mengajak peserta didik untuk mengikut sejumlah kegiatan positif yang disesuaikan dengan tagline berdasarkan hari.
Misalnya pada hari Senin yaitu terkait Wawasan Kebangsaan, Selasa terkait wawasan internasional, Rabu tentang wawasan literasi dan lingkungan hidup.
Sedangkan Kamis tentang budaya lokal, Jumat terkait sehat jiwa raga, Sabtu mengenai rumah kita istana kita dan Minggu adalah sosial kemanusiaan.
Dedi berharap, mulai dari Bandung akan menjadi Pancasilais yang menyeluruh ke Indonesia.
"Ke depannya selain tagline hari-hari ada masukan juga dari siswa kaitan dengan membuat monumen-monumen hal itu bagian dari peringatan menjadi ciri lahirnya Pancasila dengan pemikiran di Kota Bandung," katanya.
Acara yang digagas Gus Miftah itu dikemas secara menarik karena materi wawasan kebangsaan yang disampaikan cocok dengan karakter anak muda yang mengombinasikan tausiah dengan humor milenial.
Hal ini sesuai dengan tema yang diangkat yaitu 'Moderasi Beragama dan Berbangsa yang Menyenangkan'.
"Mudah-mudahan orasi kebangsaan ini menjadi penguat agar kita jauh dari pertengkaran, selalu menjadikan Jawa Barat yang damai dan toleran oleh narasi-narasi seperti tadi," ujar Ridwan Kamil.
Target dalam orasi kebangsaan ini, yakni anak muda yang rentan terhadap asupan informasi dari media sosial dan lingkungannya yang berpotensi melemahkan wawasan kebangsaan.
Tercatat sekitar 1.500 siswa hadir langsung di Youth Center Sport Jabar Arcamanik yang merupakan para pemimpin di kelasnya termasuk para guru mata pelajaran PPKN. Sisanya sekitar 3.000 siswa hadir secara virtual.
Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, berharap para pemimpin siswa tersebut bisa meneruskan materi kebangsaan kepada siswa lainnya maupun di lingkungannya.
"Mereka nantinya bisa meneruskan ke lingkungan terdekatnya. Inilah investasi, nanti panennya kedamaian dan kondusivitas yang kita cita-citakan," katanya.
Jabar sendiri merupakan provinsi pertama di Indonesia yang mempunyai kurikulum anti-radikalisme. Ketahanan ideologi itu disiapkan oleh sekolah lewat kearifan lokal maupun muatan lokal.
"Jawa Barat kan provinsi pertama yang punya kurikulum anti-radikalisme, kita sedang mempersiapkan ketahanan ideologi itu lewat kearifan lokal atau muatan lokal," ujar Kang Emil.
Adapun orasi kebangsaan dipastikan akan diperluas di lima wilayah di Jabar, yaitu Bandung Raya, Priangan Timur, Ciayumajakuning, Purwasuka, dan Bodebek.
"Tetap menyasar anak-anak SMA, SMK, dan SLB akan berlangsung di lima wilayah di Jabar," kata Kang Emil.
Sementara itu, Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah mengungkapkan, orasi kebangsaan dirancang sebagai bentuk edukasi dan pembelajaran kepada para siswa untuk lebih mencintai bangsa dan negaranya.
"Kita tumbuhkan rasa nasionalisme, patriotisme dengan memberikan pemahaman keragaman bangsa yang happy atau menyenangkan," katanya.
Menurutnya, bangsa ini sudah terlalu lelah terhadap hal yang memperbesar perbedaan, sehingga menimbulkan permusuhan antara satu kelompok dengan lainnya.
"Maka kami menganggap penting untuk membuat acara ini sehingga anak-anak didik kita mampu memahami kebangsaan secara baik dan benar, menganggap perbedaan itu rahmat bukan pemicu menjadi permusuhan," tutur pemimpin Pondok Pesantren Ora Aji Sleman itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jawa Barat Dedi Supandi mengatakan, nantinya akan ada sejumlah kegiatan yang akan dilaksanakan agar semakin menumbuhkan nilai-nilai Wawasan Kebangsaan dikalangan pelajar.
"Kedepannya ada launching Gerakan 2,5 Juta Bendera Merah Putih se-Jabar. Lalu juga akan ada Gerakan 7 Harkat," ujar Dedi Supandi.
Dia menjelaskan Gerakan 7 Jarkat, yaitu mengajak peserta didik untuk mengikut sejumlah kegiatan positif yang disesuaikan dengan tagline berdasarkan hari.
Misalnya pada hari Senin yaitu terkait Wawasan Kebangsaan, Selasa terkait wawasan internasional, Rabu tentang wawasan literasi dan lingkungan hidup.
Sedangkan Kamis tentang budaya lokal, Jumat terkait sehat jiwa raga, Sabtu mengenai rumah kita istana kita dan Minggu adalah sosial kemanusiaan.
Dedi berharap, mulai dari Bandung akan menjadi Pancasilais yang menyeluruh ke Indonesia.
"Ke depannya selain tagline hari-hari ada masukan juga dari siswa kaitan dengan membuat monumen-monumen hal itu bagian dari peringatan menjadi ciri lahirnya Pancasila dengan pemikiran di Kota Bandung," katanya.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022
Tags: