Satgas IDI: Cacar monyet kemungkinan sudah ada di Indonesia
4 Agustus 2022 15:27 WIB
Tangkapan layar Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban dalam Webinar Jaga Anak dari Hepatitis Akut yang diikuti di Jakarta, Jumat (13/5/2022). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan kemungkinan besar penyakit cacar monyet sudah masuk ke Indonesia, namun belum terdeteksi.
"Ada kemungkinan cukup besar, masih mungkin, estimasi mungkin cukup besar bahwa sebetulnya di kita sudah ada, namun belum terdeteksi," kata Prof Zubairi saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, sudah lebih dari 75 negara melaporkan kasus cacar monyet di negaranya, sehingga Indonesia kemungkinan juga sudah memiliki kasus yang tidak terdeteksi.
Baca juga: Hoaks! Cacar monyet bisa menginfeksi orang dari jarak 8 KM
"Mestinya ada kemungkinan besar, sudah ada, cuman belum terdiagnosis," katanya.
Dia menjelaskan salah satu penyebab tidak terdeteksinya cacar monyet adalah jenis penyakit ini masih baru, sehingga banyak dokter dan masyarakat yang tidak mengenal gejalanya.
"Jadi, ada kemungkinan cacar monyet, namun diduga oleh pasien, keluarga maupun layanan kesehatan sebagai penyakit lain," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong pemerintah menyediakan hotline untuk melaporkan kasus yang diduga cacar monyet.
"Harus ada hotline, jadi kalau curiga ini (cacar monyet) hubungi nomor sekian, nanti akan tindaklanjuti, misalnya dinas kesehatan akan menindaklanjuti, akan mengambil contoh dari kelainan kulit yang ada, kemudian dikirim ke laboratorium rujukan, apakah ini virus cacar monyet atau bukan," katanya.
Meskipun demikian, pihaknya meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap penyebaran penyakit cacar monyet, karena memiliki tingkat fatalitas yang rendah.
Baca juga: Ganjar minta akses masuk Indonesia diperketat cegah cacar monyet
Baca juga: Kemenkes: Suspek di Jateng belum dipastikan terjangkit cacar monyet
"Ada kemungkinan cukup besar, masih mungkin, estimasi mungkin cukup besar bahwa sebetulnya di kita sudah ada, namun belum terdeteksi," kata Prof Zubairi saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, sudah lebih dari 75 negara melaporkan kasus cacar monyet di negaranya, sehingga Indonesia kemungkinan juga sudah memiliki kasus yang tidak terdeteksi.
Baca juga: Hoaks! Cacar monyet bisa menginfeksi orang dari jarak 8 KM
"Mestinya ada kemungkinan besar, sudah ada, cuman belum terdiagnosis," katanya.
Dia menjelaskan salah satu penyebab tidak terdeteksinya cacar monyet adalah jenis penyakit ini masih baru, sehingga banyak dokter dan masyarakat yang tidak mengenal gejalanya.
"Jadi, ada kemungkinan cacar monyet, namun diduga oleh pasien, keluarga maupun layanan kesehatan sebagai penyakit lain," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong pemerintah menyediakan hotline untuk melaporkan kasus yang diduga cacar monyet.
"Harus ada hotline, jadi kalau curiga ini (cacar monyet) hubungi nomor sekian, nanti akan tindaklanjuti, misalnya dinas kesehatan akan menindaklanjuti, akan mengambil contoh dari kelainan kulit yang ada, kemudian dikirim ke laboratorium rujukan, apakah ini virus cacar monyet atau bukan," katanya.
Meskipun demikian, pihaknya meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap penyebaran penyakit cacar monyet, karena memiliki tingkat fatalitas yang rendah.
Baca juga: Ganjar minta akses masuk Indonesia diperketat cegah cacar monyet
Baca juga: Kemenkes: Suspek di Jateng belum dipastikan terjangkit cacar monyet
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
Tags: