Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Paramadina A Khoirul Umam berpendapat Ketua DPR RI Puan Maharani memiliki kunci langsung untuk menggerakkan arah koalisi.


"Dimana PDI Perjuangan adalah satu-satunya partai yang bisa mengusung capres-cawapres tanpa harus koalisi karena memenuhi syarat perolehan suara lebih dari 20 persen di Pemilu 2019," kata Umam dalam webinar bertajuk "Menakar Peluang Figur 3 Poros Utama Pilpres 2024" secara daring, Rabu.

Umam berpendapat fakta politik saat ini masih menunjukkan bahwa pemegang kunci koalisi tidak memiliki basis elektabilitas (figur) yang memadai. Sebaliknya, pemilik elektabilitas figur tidak memiliki kunci koalisi.

Baca juga: Effendi Simbolon: Dorongan Puan maju sebagai capres semakin kuat
"Mbak Puan memang elektabilitasnya per hari ini belum memadai, tapi fakta menunjukkan bahwa Mbak Puan adalah satu-satunya pihak yang memiliki kendali politik paling riil di antara elit-elit lain," ujarnya.

Tak hanya itu, sosok Puan Maharani memiliki satu kata kunci yang tak dimiliki sosok lain untuk diusung PDI Perjuangan maju sebagai Calon Presiden ataupun Calon Wakil Presiden di Pilpres 2024.

Dia pun mengingatkan bahwa saat ini hanya tersisa waktu 1 tahun 3 bulan bagi semua parpol untuk menentukan figur Capres-Cawapres 2024 karena pada Oktober 2023 KPU akan menetapkan siapa pasangan calon di Pilpres 2024.

Menurut dia, hampir dapat dipastikan tak ada dinamika internal PDIP. Kalau putusan Megawati Soekarnoputri sudah menentukan Puan Maharani capres atau cawapres, maka hampir tak akan ada dinamika perlawanan di dalam partai.

"Ini karena karakter kepemimpinan di PDIP itu mirip dengan model pendekatan kepemimpinan yang dulu di-introduce oleh Bung Karno, yakni demokrasi terpimpin," jelasnya.

Direktur Eksekutif Indostrategic ini menjelaskan, dari karakter politik PDIP arahnya akan menguatkan basis trah Soekarno.

Dalam hal ini tentunya bukan hanya terkait kepentingan individu ataupun kepentingan keluarga tapi bagian dari "selling point" (nilai jual,red) PDIP yang memang memiliki basis pemilih loyal wong cilik dan Soekarnois.

"Maka kita bisa memahami ada jargon-jargon seperti 'ojo pedot poyote' atau jangan patah akarnya. Siapa akarnya itu? dalam konteks ini ya basis Soekarnoisme. Siapa yang mewarisi basis Soekarnoisme itu, dalam hal ini ya trah Soekarno. Meskipun secara ideologi tentu tetap semua kader PDIP memiliki kekuatan, kapasitas dan pemahaman sama dalam konteks ajaran Soekarno," paparnya.

Baca juga: Gus Falah apresiasi munculnya relawan Puan Maharani
Bila dilihat persepektif praktis, kata Umam, penguasaan PDIP secara kepartaian tidak mengalami perubahan signifikan, dimana elektabilitas PDIP tertinggi.

Posisi pencalonan Puan Maharani dan kekuatan posisi dalam pertarungan di 2024 akan dilihat dari tiga hal.

Pertama, penguasaan PDIP pada level teritorial, dalam hal ini jumlah kepala daerah, dimana PDIP punya kepala daerah yang cukup besar.

Kedua, instrumen negara. Meski secara teoritik instrumen lembaga negara tak bisa dikendalikan kepentingan politik tertentu, tapi dalam konteks politik taktis tetap saja ada pengaruh signifikan antara instrumen negara dengan kekuatan politik praktis.

"Ini yang menjadi pertaruhan besar. Ada 271 kepala daerah yang selesai masa jabatannya 2022-2023 dan Pj kepala daerah akan ditentukan Kemendagri. Siapa yang mempengaruhi itu akan menguasai jaringan basis Pemilih di level wilayah itu. Dan PDIP potensial memiliki kekuatan besar di wilayah itu," jelasnya.

Faktor ketiga, tambah dia, posisi Puan sangat ditentukan bagaimana "positioning" putusan Megawati terkait pencapresan Ganjar Pranowo. Dua nama itu (Puan dan Ganjar) sangat membayangi di akar politik PDIP.

Baca juga: Puan minta pemerintah telusuri pola baru perdagangan manusia
Baca juga: Puan Maharani kenang peristiwa Kudatuli