IdEA sebut 11 juta UKM baru masuk e-commerce
3 Agustus 2022 16:19 WIB
Dokumentasi - Peserta mencoba memotret produk miliknya saat acara UMKM Jogja Go Digital di Sleman, DI Yogyakarta, Senin (1/4/2019). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/ama/aa.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga menyebut bahwa terdapat 11 juta Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergabung dalam e-commerce sejak Mei 2020 hingga Juni 2022.
"Saat pandemi, kami mendukung UKM untuk on boarding bersama platform digital, di mana anggota idEA bersama pemerintah menggencarkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang fokusnya adalah meningkatkan kesadaran hingga ada 11 juta UKM baru di e-commerce," kata Bima Laga secara virtual, Rabu.
Bima menyampaikan hal itu pada seminar web bertajuk "Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik Global PascaPandemi".
Bima menyampaikan, dengan masuk ke dalam e-commerce, UKM memiliki peluang besar untuk memanfaatkan ekonomi digital di wilayahnya masing-masing dan peningkatan peluang di tengah krisis global.
Kendati demikian, akses teknologi masih menjadi tantangan bagi UKM dalam memanfaatkan peluang lewat ekonomi digital.
Tantangan lain yakni permodalan, investasi, akses pasar, dan keterampilan manajemen dan bisnis.
"Padahal ini sangat dibutuhkan UKM dalam bertahan di tengah pandemi," ujar Bima.
Pada kesempatan tersebut, Bima juga memaparkan bahwa global saat ini yang tidak menentu dan didukung oleh kondisi geopolitik akan terdampak satu sama lain.
Namun, peran e-commerce terhadap ekonomi digital masih tumbuh dari waktu ke waktu, yang tercermin dari nilai transaksi di 2021, di mana ekonomi digital membukukan transaksi sebesar 53 miliar dolar AS atau lebih dari Rp700 triliun.
"Kita sendiri idEA menjadi salah satu campaign manager untuk Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) setiap 12/12, di mana logistik sibuk sekali pada saat itu," ujar Bima.
Adapun pertumbuhan di Harbolnas sendiri dari tahun ke tahun terus tumbuh, seperti pada 2020-2021 yang tumbuh 56 persen.
"Jadi memang pertumbuhan ini menjadi fundamental bagaimana e-commerce itu masih tumbuh dari tahun ke tahun," ujar Bima.
Menurut Bima, peran ecommerce tiga tahun ke depan masih akan mendominasi yakni pada 2025 dengan nilai transaksi diperkirakan mencapai 104 miliar dolar AS atau hampir Rp1.400 triliun.
Dengan nilai tersebut, e-commerce berkontribusi 5 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Bima berharap, kontribusi e-commerce dapat terus tumbuh dan berkontribusi lebih dari 10 persen di 2025.
Baca juga: Kemenko: Nilai transaksi e-commerce RI kuartal I Rp108,54 triliun
Baca juga: YLKI: penjual asing di e-commerce perlu berbadan hukum Indonesia
"Saat pandemi, kami mendukung UKM untuk on boarding bersama platform digital, di mana anggota idEA bersama pemerintah menggencarkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang fokusnya adalah meningkatkan kesadaran hingga ada 11 juta UKM baru di e-commerce," kata Bima Laga secara virtual, Rabu.
Bima menyampaikan hal itu pada seminar web bertajuk "Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik Global PascaPandemi".
Bima menyampaikan, dengan masuk ke dalam e-commerce, UKM memiliki peluang besar untuk memanfaatkan ekonomi digital di wilayahnya masing-masing dan peningkatan peluang di tengah krisis global.
Kendati demikian, akses teknologi masih menjadi tantangan bagi UKM dalam memanfaatkan peluang lewat ekonomi digital.
Tantangan lain yakni permodalan, investasi, akses pasar, dan keterampilan manajemen dan bisnis.
"Padahal ini sangat dibutuhkan UKM dalam bertahan di tengah pandemi," ujar Bima.
Pada kesempatan tersebut, Bima juga memaparkan bahwa global saat ini yang tidak menentu dan didukung oleh kondisi geopolitik akan terdampak satu sama lain.
Namun, peran e-commerce terhadap ekonomi digital masih tumbuh dari waktu ke waktu, yang tercermin dari nilai transaksi di 2021, di mana ekonomi digital membukukan transaksi sebesar 53 miliar dolar AS atau lebih dari Rp700 triliun.
"Kita sendiri idEA menjadi salah satu campaign manager untuk Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) setiap 12/12, di mana logistik sibuk sekali pada saat itu," ujar Bima.
Adapun pertumbuhan di Harbolnas sendiri dari tahun ke tahun terus tumbuh, seperti pada 2020-2021 yang tumbuh 56 persen.
"Jadi memang pertumbuhan ini menjadi fundamental bagaimana e-commerce itu masih tumbuh dari tahun ke tahun," ujar Bima.
Menurut Bima, peran ecommerce tiga tahun ke depan masih akan mendominasi yakni pada 2025 dengan nilai transaksi diperkirakan mencapai 104 miliar dolar AS atau hampir Rp1.400 triliun.
Dengan nilai tersebut, e-commerce berkontribusi 5 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP).
Bima berharap, kontribusi e-commerce dapat terus tumbuh dan berkontribusi lebih dari 10 persen di 2025.
Baca juga: Kemenko: Nilai transaksi e-commerce RI kuartal I Rp108,54 triliun
Baca juga: YLKI: penjual asing di e-commerce perlu berbadan hukum Indonesia
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: