New York (ANTARA) - Harga minyak naik tipis kurang dari 1 persen di akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) menjelang pertemuan produsen OPEC+ minggu ini yang mungkin tidak akan mendorong lebih lanjut pasokan minyak mentah di tengah kekhawatiran resesi global yang dapat membatasi permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman pada bulan September bertambah 53 sen atau 0,6 persen menjadi menetap di 94,42 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman pada bulan Oktober naik 51 sen atau 0,5 persen menjadi ditutup pada 100,54 dolar AS/barel di London ICE Futures Exchange.

Selain itu, juga sedikit menopang harga minyak adalah ekspektasi para analis bahwa persediaan minyak mentah AS turun sekitar 600.000 barel pekan lalu.

American Petroleum Institute (API)—kelompok industri—akan mengeluarkan laporan persediaan minyak AS pada pukul 20.30 GMT dan Badan Informasi Energi AS (EIA) akan melaporkan persediaan minyak pada hari Rabu pukul 14.30 GMT.

Para pedagang melihat ke Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, karena kelompok itu diperkirakan akan bertemu pada hari Rabu untuk membahas strategi produksi pada masa depan.

"Pedagang energi makin yakin bahwa OPEC+ akan menolak seruan untuk meningkatkan produksi mereka," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Di samping itu, juga mempersuram pasar adalah kekhawatiran bahwa kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan akan meningkatkan ketegangan antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Negara ini menempatkan militernya dalam siaga tinggi dan mengatakan akan meluncurkan "operasi militer yang ditargetkan" sebagai tanggapan atas kunjungan tersebut.

Pada hari Senin (1/8), harga minyak turun tajam dengan patokan minyak mentah AS dan Brent masing-masing terpuruk 4,8 persen dan 3,8 persen karena investor makin khawatir bahwa perlambatan pertumbuhan global akan merugikan permintaan energi.

Baca juga: Kementerian ESDM: ICP Juli 2022 turun ke 106,73 dolar AS per barel
Baca juga: Minyak turun, data pabrik lemah picu kekhawatiran permintaan global