Pemerintah dorong ekstensifikasi jagung 86 ribu hektare di lahan baru
1 Agustus 2022 17:41 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan keterangan selepas mengikuti rapat terbatas soal peningkatan produksi jagung di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, (1/8/2022). ANTARA/HO-BPMI Setpres-Rusman/pri.
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah mendorong ekstensifikasi produksi jagung dengan 86 ribu hektare lahan baru seturut arahan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas kabinet mengenai peningkatan produksi jagung di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers seusai rapat menyampaikan bahwa lahan tersebut tercakup dalam luasan total 141 ribu lahan tanam jagung se-Indonesia.
"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden akan meningkatkan produksi jagung nasional di daerah yang dimintakan baru, yakni Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara, dengan total lahan seluas 141 ribu hektare yang 86 ribu di antaranya merupakan lahan baru," kata Menko dalam keterangan pers yang disiarkan langsung kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden, Senin.
Peningkatan produksi dan ekstensifikasi lahan tersebut kata Menko ditempuh guna menyikapi harga global jagung yang saat ini berada di kisaran 335 dolar per ton atau sekira Rp5.000 per kilogram.
Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam upaya intensifikasi dan ekstensifikasi produksi jagung adalah dengan mendorong penggunaan bibit GMP dan hibrida.
Menko menyatakan pemerintah mendorong 14 varietas bibit jagung hibrida unggul yang bisa memproduksi antara 10,6 hingga 13,7 ton per hektare antara lain Pertiwi 3F1, NK Perkasa, Singa, Bima, dan P36.
"Artinya hibrida ini berbasis hibrida nasional, dan nanti Pak Menteri Pertanian akan melakukan perubahan terhadap regulasi terkait dengan GMO," kata Airlangga.
Airlangga menyampaikan bahwa saat ini produksi jagung nasional diperkirakan akan mencapai 25 juta ton untuk kadar air 27 persen atau setara 18,6 juta ton untuk kadar air 14 persen.
Dengan jumlah tersebut diperkirakan Indonesia bisa memenuhi kebutuhan jagung untuk pakan ternak (feedmill) nasional yang berada di kisaran 14 juta ton.
"Kapasitas terpasang memang bisa mencapai 27 juta ton, namun yang sekarang beroperasi itu kebutuhannya sekitar 14 juta ton. Tentu kita memiliki cadangan jagung sebesar 3 juta ton," katanya.
Menko juga menyampaikan bahwa Presiden Jokowi berharap dengan adanya ekstensifikasi dan intensifikasi produksi jagung Indonesia dapat dipersiapkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga negara lain.
"Kita ketahui beberapa negara seperti China, produksinya besar tapi ekspornya terbatas. Yang ekspor masih cukup besar adalah India, namun India ini bisa stop ekspor juga," katanya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers seusai rapat menyampaikan bahwa lahan tersebut tercakup dalam luasan total 141 ribu lahan tanam jagung se-Indonesia.
"Sesuai dengan arahan Bapak Presiden akan meningkatkan produksi jagung nasional di daerah yang dimintakan baru, yakni Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara, dengan total lahan seluas 141 ribu hektare yang 86 ribu di antaranya merupakan lahan baru," kata Menko dalam keterangan pers yang disiarkan langsung kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden, Senin.
Peningkatan produksi dan ekstensifikasi lahan tersebut kata Menko ditempuh guna menyikapi harga global jagung yang saat ini berada di kisaran 335 dolar per ton atau sekira Rp5.000 per kilogram.
Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah dalam upaya intensifikasi dan ekstensifikasi produksi jagung adalah dengan mendorong penggunaan bibit GMP dan hibrida.
Menko menyatakan pemerintah mendorong 14 varietas bibit jagung hibrida unggul yang bisa memproduksi antara 10,6 hingga 13,7 ton per hektare antara lain Pertiwi 3F1, NK Perkasa, Singa, Bima, dan P36.
"Artinya hibrida ini berbasis hibrida nasional, dan nanti Pak Menteri Pertanian akan melakukan perubahan terhadap regulasi terkait dengan GMO," kata Airlangga.
Airlangga menyampaikan bahwa saat ini produksi jagung nasional diperkirakan akan mencapai 25 juta ton untuk kadar air 27 persen atau setara 18,6 juta ton untuk kadar air 14 persen.
Dengan jumlah tersebut diperkirakan Indonesia bisa memenuhi kebutuhan jagung untuk pakan ternak (feedmill) nasional yang berada di kisaran 14 juta ton.
"Kapasitas terpasang memang bisa mencapai 27 juta ton, namun yang sekarang beroperasi itu kebutuhannya sekitar 14 juta ton. Tentu kita memiliki cadangan jagung sebesar 3 juta ton," katanya.
Menko juga menyampaikan bahwa Presiden Jokowi berharap dengan adanya ekstensifikasi dan intensifikasi produksi jagung Indonesia dapat dipersiapkan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga negara lain.
"Kita ketahui beberapa negara seperti China, produksinya besar tapi ekspornya terbatas. Yang ekspor masih cukup besar adalah India, namun India ini bisa stop ekspor juga," katanya.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: