Kota Bogor (ANTARA) - SEAMEO Biotrop mengusulkan pelajaran keanekaragaman hayati masuk ke dalam Kurikulum Merdeka Belajar untuk mempersiapkan generasi yang peduli terhadap keseimbangan sumber daya ke depan. Direktur SEAMEO Biotrop Zulhamsyah Imran saat jumpa pers di Gedung Jati SEAMEO Biotrop, Jalan Raya Tajur, Kelurahan Pakuan, Kecamatan Bogor Selatan, Senin, mengatakan keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk penguatan pangan berkelanjutan.

"Selama ini, topik keanekaragaman hayati cukup populer di kalangan akademisi, tetapi hanya eksklusif. Kita akan coba agar lebih inklustif, keanekaragaman hayati masuk ke pendidikan usia dini," katanya.

Zulhamsyah memaparkan pelajaran keanekaragaman hayati dan bioteknologi penting diajarkan kepada anak usia dini hingga siswa tingkat sekolah menengah atas (SMA) agar mereka mengetahui mulai dari yang paling mudah mengenai baik dan buruknya lahan yang hanya ditumbuhi oleh satu jenis tumbuhan dominan seperti kebun.

Baca juga: Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB dipindahkan dari China ke Kanada

Baca juga: Riset: Penting bertindak sekarang lindungi keanekaragaman hayati laut
Keanekaragaman hayati, kata dia, berarti keberadaan semua tumbuhan, hewan, termasuk unsur hara yang ada di dalam tanah bawaan asli di suatu wilayah.

Dengan mengosongkan tumbuhan asal atau hewan dan unsur hara asli, maka akan muncul hal positif dan negatif yang ditimbulkan. Seperti contoh, lahan perkebunan, sawah dan lain-lain keuntungannya dapat memperkuat lahan produksi pangan, akan tetapi mengurangi keanekaragaman hayati.

Zulhamsyah mengemukakan, usul kurikulum mengenai keanekaragaman hayati kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bisa disisipkan sebagai ekstrakurikuler agar implementasinya lebih cepat.

Ekstrakurikuler keanekaragaman hayati akan menumbuhkan kecintaan generasi ke depan tentang kekayaan alam Indonesia yang perlu dipulihkan dan dijaga dengan baik ke depan.

Generasi muda akan mewarisi visi kisi swasembada pangan yang tetap menjaga keseimbangan keanekaragaman hayati. Bahan pangan asli Indonesia seperti aneka umbi-umbian dan lainnya perlu dilestarikan kembali.

"Untuk mengubah kurikulum tentu kami tahu prosesnya lama. Maka bisa disisipkan sebagai ekstrakurikuler," katanya.*

Baca juga: Pakar: Butuh kolaborasi negara lestarikan Laut Arafura-Timor

Baca juga: Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, PKT tanam 1.500 bibit mangrove