Rubel Rusia jatuh ke terendah lebih dari tiga minggu terhadap dolar
1 Agustus 2022 15:49 WIB
Uang kertas rubel Rusia terlihat dengan latar belakang uang dolar Amerika Serikat pada Selasa (2/3/2021). ANTARA/Xinhua/Shi Hao/am.
Moskow (ANTARA) - Nilai tukar mata uang Rusia, rubel merosot ke level terendah lebih dari tiga minggu terhadap dolar di perdagangan Moskow pada Senin, karena harga minyak turun dan setelah mata uang Rusia itu kehilangan dukungan dari periode pajak akhir bulan yang menguntungkan.
Pada pukul 07.29 GMT, rubel melemah 1,1 persen terhadap dolar pada 62,30, setelah sebelumnya menyentuh 62,4875, titik terlemahnya sejak 7 Juli. Rubel telah kehilangan 1,9 persen dan diperdagangkan pada 63,66 terhadap euro.
Harga minyak yang tinggi dan surplus transaksi berjalan yang kuat membendung beberapa kerugian minggu lalu, tetapi rubel masih kehilangan sekitar 7,0 persen terhadap greenback.
"Rubel terus melemah karena berakhirnya periode pajak dan dividen," kata Dmitry Polevoy, kepala investasi di Locko Invest.
Periode pembayaran pajak yang biasanya melihat perusahaan-perusahaan pengekspor mengkonversi pendapatan mata uang asing mereka untuk membayar kewajiban lokal berakhir minggu lalu.
Polevoy mengatakan sangat mungkin bahwa rubel bisa segera melemah sementara menjadi 63-65 terhadap dolar.
Pasar juga mengantisipasi berita bahwa pemerintah akan segera mengubah dan mengembalikan aturan anggaran Rusia yang mengalihkan pendapatan minyak berlebih ke rainy-day fund (dana yang disisihkan untuk digunakan pada saat terjadi kekurangan penerimaan atau defisit anggaran) dengan potongan harga baru.
Pejabat juga dapat beralih ke intervensi mata uang untuk mencoba mengekang penguatan rubel.
Rubel adalah mata uang dengan kinerja terkuat di dunia sepanjang tahun ini, didorong oleh langkah-langkah untuk melindungi sistem keuangan Rusia dari sanksi Barat yang diberlakukan setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Ini termasuk pembatasan rumah tangga Rusia menarik tabungan mata uang asing.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,5 persen menjadi diperdagangkan pada 103,4 dolar AS per barel, jatuh dari level tertinggi awal Juli yang dicapai pekan lalu.
Harga minyak di bawah tekanan akan berdampak pada rubel, kata analis Promsvyazbank, menunjukkan kisaran perdagangan untuk Senin 61-63 terhadap dolar.
Indeks saham Rusia juga jatuh. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 1,5 persen menjadi diperdagangkan di 1.112,9 poin, sedangkan indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 2.200,9 poin.
Baca juga: Rubel Rusia sentuh terendah 3 minggu terhadap euro di awal perdagangan
Baca juga: Rubel melemah terhadap dolar setelah bank sentral pangkas suku bunga
Baca juga: Rubel jatuh lampaui 61 vs dolar setelah pekan perdagangan bergejolak
Pada pukul 07.29 GMT, rubel melemah 1,1 persen terhadap dolar pada 62,30, setelah sebelumnya menyentuh 62,4875, titik terlemahnya sejak 7 Juli. Rubel telah kehilangan 1,9 persen dan diperdagangkan pada 63,66 terhadap euro.
Harga minyak yang tinggi dan surplus transaksi berjalan yang kuat membendung beberapa kerugian minggu lalu, tetapi rubel masih kehilangan sekitar 7,0 persen terhadap greenback.
"Rubel terus melemah karena berakhirnya periode pajak dan dividen," kata Dmitry Polevoy, kepala investasi di Locko Invest.
Periode pembayaran pajak yang biasanya melihat perusahaan-perusahaan pengekspor mengkonversi pendapatan mata uang asing mereka untuk membayar kewajiban lokal berakhir minggu lalu.
Polevoy mengatakan sangat mungkin bahwa rubel bisa segera melemah sementara menjadi 63-65 terhadap dolar.
Pasar juga mengantisipasi berita bahwa pemerintah akan segera mengubah dan mengembalikan aturan anggaran Rusia yang mengalihkan pendapatan minyak berlebih ke rainy-day fund (dana yang disisihkan untuk digunakan pada saat terjadi kekurangan penerimaan atau defisit anggaran) dengan potongan harga baru.
Pejabat juga dapat beralih ke intervensi mata uang untuk mencoba mengekang penguatan rubel.
Rubel adalah mata uang dengan kinerja terkuat di dunia sepanjang tahun ini, didorong oleh langkah-langkah untuk melindungi sistem keuangan Rusia dari sanksi Barat yang diberlakukan setelah Moskow mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari. Ini termasuk pembatasan rumah tangga Rusia menarik tabungan mata uang asing.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, turun 0,5 persen menjadi diperdagangkan pada 103,4 dolar AS per barel, jatuh dari level tertinggi awal Juli yang dicapai pekan lalu.
Harga minyak di bawah tekanan akan berdampak pada rubel, kata analis Promsvyazbank, menunjukkan kisaran perdagangan untuk Senin 61-63 terhadap dolar.
Indeks saham Rusia juga jatuh. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 1,5 persen menjadi diperdagangkan di 1.112,9 poin, sedangkan indeks MOEX Rusia berbasis rubel turun 0,6 persen menjadi diperdagangkan di 2.200,9 poin.
Baca juga: Rubel Rusia sentuh terendah 3 minggu terhadap euro di awal perdagangan
Baca juga: Rubel melemah terhadap dolar setelah bank sentral pangkas suku bunga
Baca juga: Rubel jatuh lampaui 61 vs dolar setelah pekan perdagangan bergejolak
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: