Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Umum Gabungan Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO) Kukuh Kumara yakin pasar kendaraan listrik nasional berpotensi berkembang pesat sejalan dengan komitmen untuk mengurangi emisi karbon.

"Kita tahu nanti kita ada kereta cepat yang akan pakai listrik, terus di Jakarta juga sudah ada bus listrik. Itu terobosan-terobosan baru. Nah kendaraan roda dua listrik juga menarik nih. Pasar kendaraan roda dua di Indonesia juga terbilang tinggi, karena pernah mencapai 4 juta bahkan 7 juta unit," kata Kukuh dalam membuka GIIAS Talk di Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu.

Baca juga: Sepeda motor listrik Space jadi andalan Davigo di pameran PEVS 2022

Meski saat ini masih terbilang sangat baru dan masih berkembang, pasar kendaraan bermotor roda dua diyakini bisa bertumbuh dengan semakin baiknya inovasi dan perkembangan teknologi di dunia otomotif.

Kendaraan listrik yang mengandalkan energi listrik pun memiliki banyak potensi untuk pemenuhan energinya.

Misalnya, pemanfaatan lebih banyak sungai-sungai di Indonesia yang mencapai puluhan ribu untuk menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

"Swasembada sepeda motor itu sudah pasti, kita sudah mampu memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri dengan total produksi di atas satu juta unit satu tahun. Kita juga sudah melakukan ekspor ke berbagai negara," kata Kukuh.

Baca juga: Segway bakal luncurkan empat sepeda motor listrik di Indonesia

​​Untuk itu ia menyakini bahwa pasar kendaraan listrik roda dua bisa berkembang dengan positif.

Meski kendaraan listrik bukan satu-satunya solusi untuk pemanfaatan energi terbarukan yang mendukung industri berkelanjutan, namun tak bisa dipungkiri saat ini potensi pengembangannya memang lebih besar di bandingkan energi alternatif lainnya.

Secara garis besar, Kukuh menggambarkan kondisi perkembangan kendaraan listrik kurang lebih akan mengambil pola perkembangan ponsel pintar.

Jika dahulu ponsel memiliki ukuran baterai yang besar bahkan seseorang harus membawa baterai cadangan, ternyata setelah 1,5 dekade kini kita bisa menikmati ponsel dengan tampilan yang "seamless" namun dengan daya yang besar.

"Memang effort (usaha)-nya lebih berat, isunya kendaraan listrik itu yang harus diperhatikan adalah harga-harganya yang masih mahal. Namun seperti HP, dulu baterainya besar-besar bahkan karena takut kehabisan baterai kita harus bawa cadangan dan terbilang ribet. Sekarang justru ukurannya sudah semakin ringkas dan semakin canggih," ujar Kukuh.

Baca juga: Menhub apresiasi APM bangun ekosistem kendaraan listrik

Baca juga: Menhub: Bangun ekosistem EV harus terintegrasi lintas sektor

Baca juga: Sepeda motor sport listrik Rakata NX8 meluncur di PEVS 2022