Rektor IPB Arif Satria dalam sambutannya pada saat peluncuran dua inovasi pangan itu di IICC Bogor, Jumat, mengatakan dengan varietas baru padi dan sorgum diharapkan dapat menjawab tantangan untuk terus bertahan bebas impor beras seperti yang telah berjalan selama dua tahun ini.
"Insya Allah IPB terus memproduksi berbagai varietas, padi IPB 3S Alhamdulillah sudah di 26 provinsi diterapkan dengan potensi produktivitas 12 ton per hektare, kemudian yang baru padi G9 9,9 ton per hektare potensinya itu, ada juga sorgum rice," katanya.
Arif menyampaikan, dengan keterbatasan sawah di Indonesia, peningkatan produktivitas perlu dilakukan dengan cara lain, yakni memunculkan varietas baru yang bisa ditanam di lahan kering.
Selama ini, kata dia, yang paling susah dalam produksi pangan padi ialah varietas di lahan kering yang artinya airnya terbatas. Inovasi dua tim peneliti IPB yakni Dr Hajrial Aswindinnoor dan kawan-kawan untuk padi 9G serta Dr Desta Wirmas dan kawan-kawan untuk sorgum rice memberikan solusi cocok tanam tanaman pangan selain di sawah.
Padi G9 merupakan varietas pagi gogo alias padi yang ditanam di lahan kering dengan produktivitas mencapai 6,09 ton per hektare dan potensi hasil sebanyak 9,9 ton per hektare.
Sementara, padi IPB 3S ialah padi yang ditanam di sawah dengan produktivitas tinggi mencapai 12 ton per hektare. Varietas ini berhasil mengantarkan Indonesia panen raya yang langsung dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Panen raya pertama dilaksanakan pada Bulan September 2015 di Kabupaten Kawarang, Provinsi Jawa Barat dari ratusan petani yang turut menanam pada lebih 600 hektare lahan sawah dengan produksi mencapai 8-13 ton per hektare. Kemudian panen kedua, pada April 2021 di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan produktivitas 12 ton per hektare.
Sedangkan sorgum rice merupakan varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi. IPB sorgum rice merah mempunyai potensi hasil 7,25 ton per hektare dan varietas IPB sorgum rice putih mempunyai potensi hasil 7,07 ton per hektare.
Baca juga: Kementan fokus pemenuhan pangan masyarakat pada 2022
Baca juga: Dosen: Sagu jadi food estate pemenuhan pangan-kelestarian lingkungan