Sinarmas minta milenial paham manajemen risiko investasi pasar saham
29 Juli 2022 18:49 WIB
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati beserta tim dalam webinar bertajuk SimInvestival oleh Sinarmas Sekuritas secara daring di Jakarta, Jumat. (ANTARA/ Muhammad Heriyanto)
Jakarta (ANTARA) - Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan generasi milenial harus memahami manajemen risiko ketika akan berinvestasi di pasar saham.
"Dengan risiko yang tinggi milenial harus memperhatikan manajemen risiko," ujar Ike dalam webinar bertajuk SimInvestival oleh Sinarmas Sekuritas secara daring di Jakarta, Jumat.
Ike mengatakan generasi milenial perlu memperhatikan berbagai hal sebelum memutuskan untuk berinvestasi di pasar saham, seperti tidak memiliki utang berbunga dimanapun karena bisa menjadi beban.
Kemudian, milenial harus memastikan bahwa mereka telah memiliki dana darurat yang siap digunakan saat ada kebutuhan mendadak. Selanjutnya, milenial harus memastikan uang yang digunakan untuk investasi tidak akan digunakan dalam jangka waktu yang panjang atau uang dingin.
Baca juga: Peran pelaku saham sangat berpengaruh dalam peningkatan investor muda
Menurut Ike, milenial juga harus memahami bahwa pergerakan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak terlepas dari perekonomian nasional yang juga tidak terlepas dari gejolak di tingkat global.
Berbagai faktor tersebut, lanjut Ike, harus diwaspadai generasi milenial dalam berinvestasi karena mereka memiliki kecenderungan untuk mengejar keuntungan tinggi dalam jangka waktu yang pendek. Padahal, menurutnya, keuntungan yang tinggi juga sebanding dengan risiko yang tinggi.
"Invetasi saham itu high risk high return berbeda dengan deposito," ujar Ike.
Saat ini, Ike menambahkan banyak platform penyedia layanan investasi dan literasi keuangan yang memudahkan milenial menanamkan modalnya di pasar saham dan membuat investasi pada era sekarang berbeda dengan era sebelumnya.
Namun, menurut dia, masih banyak juga generasi milenial yang telah bekerja tapi tidak menyisihkan uangnya untuk berinvestasi. Ia pun mengingatkan investasi adalah instrumen penting karena ke depan dunia selalu dihadapkan dengan nilai mata uang yang semakin turun dari tahun ke tahun.
Baca juga: Great Edu nilai milenial perlu berinvestasi cerdas di era digital
"Memulai investasi dengan nominal kecil tidak apa-apa, mulai dari Rp50.000 atau Rp100.000 tidak apa-apa," ujar Ike.
Ike menyarankan bagi milenial yang tidak ingin berinvestasi di pasar saham karena risikonya yang cukup tinggi, bisa berinvestasi ke pasar obligasi yang risikonya lebih rendah.
"Obligasi memberi return yang lebih menarik dibanding deposito namun memiliki risiko lebih rendah dibanding saham," ujar Ike.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada akhir semester I 2022, jumlah Single Investor Identification (SID) telah mencapai 4.002.289 yang didominasi oleh investor berusia di bawah 40 tahun, yakni gen Z dan milenial sebesar 81,64 persen dengan nilai aset yang mencapai Rp144,07 triliun.
Baca juga: UNDP dorong milenial berinvestasi bijak guna pembangunan berkelanjutan
Baca juga: BNI manfaatkan teknologi digital untuk targetkan investor milenial
"Dengan risiko yang tinggi milenial harus memperhatikan manajemen risiko," ujar Ike dalam webinar bertajuk SimInvestival oleh Sinarmas Sekuritas secara daring di Jakarta, Jumat.
Ike mengatakan generasi milenial perlu memperhatikan berbagai hal sebelum memutuskan untuk berinvestasi di pasar saham, seperti tidak memiliki utang berbunga dimanapun karena bisa menjadi beban.
Kemudian, milenial harus memastikan bahwa mereka telah memiliki dana darurat yang siap digunakan saat ada kebutuhan mendadak. Selanjutnya, milenial harus memastikan uang yang digunakan untuk investasi tidak akan digunakan dalam jangka waktu yang panjang atau uang dingin.
Baca juga: Peran pelaku saham sangat berpengaruh dalam peningkatan investor muda
Menurut Ike, milenial juga harus memahami bahwa pergerakan dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak terlepas dari perekonomian nasional yang juga tidak terlepas dari gejolak di tingkat global.
Berbagai faktor tersebut, lanjut Ike, harus diwaspadai generasi milenial dalam berinvestasi karena mereka memiliki kecenderungan untuk mengejar keuntungan tinggi dalam jangka waktu yang pendek. Padahal, menurutnya, keuntungan yang tinggi juga sebanding dengan risiko yang tinggi.
"Invetasi saham itu high risk high return berbeda dengan deposito," ujar Ike.
Saat ini, Ike menambahkan banyak platform penyedia layanan investasi dan literasi keuangan yang memudahkan milenial menanamkan modalnya di pasar saham dan membuat investasi pada era sekarang berbeda dengan era sebelumnya.
Namun, menurut dia, masih banyak juga generasi milenial yang telah bekerja tapi tidak menyisihkan uangnya untuk berinvestasi. Ia pun mengingatkan investasi adalah instrumen penting karena ke depan dunia selalu dihadapkan dengan nilai mata uang yang semakin turun dari tahun ke tahun.
Baca juga: Great Edu nilai milenial perlu berinvestasi cerdas di era digital
"Memulai investasi dengan nominal kecil tidak apa-apa, mulai dari Rp50.000 atau Rp100.000 tidak apa-apa," ujar Ike.
Ike menyarankan bagi milenial yang tidak ingin berinvestasi di pasar saham karena risikonya yang cukup tinggi, bisa berinvestasi ke pasar obligasi yang risikonya lebih rendah.
"Obligasi memberi return yang lebih menarik dibanding deposito namun memiliki risiko lebih rendah dibanding saham," ujar Ike.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada akhir semester I 2022, jumlah Single Investor Identification (SID) telah mencapai 4.002.289 yang didominasi oleh investor berusia di bawah 40 tahun, yakni gen Z dan milenial sebesar 81,64 persen dengan nilai aset yang mencapai Rp144,07 triliun.
Baca juga: UNDP dorong milenial berinvestasi bijak guna pembangunan berkelanjutan
Baca juga: BNI manfaatkan teknologi digital untuk targetkan investor milenial
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022
Tags: