Jakarta (ANTARA) - President Director Philips Indonesia mengatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk mengadopsi teknologi kesehatan yang lebih luas, yang akan berdampak baik terutama dalam melakukan deteksi dini terhadap sebuah penyakit.
"Ada peluang yang besar untuk mengadopsi teknologi kesehatan pribadi di Indonesia secara lebih luas. Dalam beberapa tahun terakhir, kami telah melihat kemungkinan-kemungkinan baru yang didorong oleh adopsi teknologi kesehatan pintar untuk memberdayakan orang mencapai kesehatan terbaik mereka," kata President Director Philips Indonesia Pim Preesman dikutip dari siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.
Peluang yang besar itu terlihat karena orang Indonesia sudah terbuka akan kehadiran teknologi kesehatan.
Baca juga: Lampu LED pintar Philips gampang dikontrol dari smartphone
Hasil survei perdana Philips yang baru dirilis menemukan bahwa di Indonesia, 42 persen responden memanfaatkan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi untuk memantau kesehatan gigi dan mulut.
Kemudian, 52 persen untuk diet dan gizi, 54 persen untuk memantau jantung, dan 56 persen untuk memantau kesehatan seputar pra-kondisi sebagai upaya preventif atau pencegahan terhadap penyakit tertentu.
Survei yang dilakukan lembaga penelitian Kantar Profiles Network itu juga menemukan 78 persen responden setuju bahwa akses ke teknologi dan perangkat kesehatan pribadi akan mendorong mereka untuk merawat kesehatan dengan lebih baik, lalu 76 persen setuju mereka lebih memilih perangkat teknologi kesehatan pribadi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Selanjutnya, 59 persen mengatakan kemampuan perangkat untuk menyesuaikan dengan tujuan kesehatan mereka merupakan salah satu dari lima faktor teratas yang mereka pertimbangkan saat memilih perangkat. Faktor lainnya yakni akurasi data (75 persen), parameter pelacakan kesehatan (72 persen), parameter pelacakan aktivitas (69 persen), dan biaya yang rendah (60 persen).
Sementara secara keseluruhan di Asia, potensi yang besar terkait teknologi kesehatan juga terlihat positif. Hampir sepertiga atau 30 persen responden di seluruh Asia menggunakan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi untuk lebih aktif memantau kesehatan mereka.
70 persen responden menggunakan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi untuk melacak kondisi umum kesehatan mereka dan 68 persen menggunakannya untuk memantau penyakit yang sudah ada sebelumnya dalam tiga tahun ke depan berturut-turut.
"Salah satu cara untuk mendorong perawatan preventif bisa terletak pada penciptaan teknologi kesehatan yang lebih cerdas. Konsumen di Asia telah menunjukkan keterbukaan untuk berinteraksi dengan teknologi kesehatan yang menawarkan pendekatan kesehatan yang dipersonalisasi untuk hasil kesehatan yang lebih baik," kata Business Leader Personal Health Philips ASEAN Pacific Muir Keir.
"Di Philips, kami sudah menerapkan hal ini melalui perangkat seperti sikat gigi pintar yang terhubung ke aplikasi konsumen, memberikan wawasan yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan mulut yang lebih efektif,” pungkasnya.
Baca juga: Philips luncurkan sikat gigi elektrik baru
Baca juga: Kiat agar tetap sehat dan segar jelang Lebaran
Baca juga: Philips Foundation salurkan bantuan 126 oksigen konsentrator ke Jabar
Indonesia berpeluang adopsi teknologi kesehatan yang lebih luas
28 Juli 2022 15:58 WIB
Ilustrasi teknologi kesehatan (ANTARA/Shutterstock)
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022
Tags: