Disebut obat COVID-19, Kemenkeu biayai riset daun sungkai oleh ULM
28 Juli 2022 00:12 WIB
Sasi Gendro Sari MSc bersama salah satu mahasiswinya Dea Aulya menunjukkan daun sungkai yang tumbuh di lingkungan kampus ULM di Banjarbaru, Rabu (27/7/2022). (ANTARA/Firman)
Banjarbaru (ANTARA) - Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membiayai riset daun sungkai oleh mahasiswa dan dosen Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat (FMIPA ULM) karena ramai di masyarakat daun sungkai bisa mengobati COVID-19.
"Alhamdulillah, kami mendapatkan dana Rp63 juta dari LPDP dengan skema riset mandiri dosen untuk fokus meneliti khasiat ekstrak daun sungkai (peronema canescens) menjadi produk herbal pencegah COVID-19," kata Sasi Gendro Sari MSc selaku ketua tim peneliti di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu.
Bersama anggota tim Rusmiati MSi dan Susi MSi serta melibatkan delapan mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA ULM yaitu Alya Nur Afifah, Nia Aulia, Elia Saputri, Anggun Isnawati, Marike Aulia Simanullang, Rimaa Rahmawati, Dea Aulya dan Shofaa Maulida, riset yang dimulai sejak Desember 2021 dan dirancang selama 10 bulan akhirnya rampung.
Sasi memaparkan sejumlah temuan ilmiahnya dari serangkaian penelitian yang dilakukan. Secara empiris, tumbuhan sungkai khususnya bagian daun muda diyakini mampu dijadikan sebagai alternatif obat mencegah penyakit COVID-19 karena kemampuannya sebagai immune booster atau meningkatkan kekebalan tubuh, antiplasmodium, antibakteri, obat demam, obat kuning dan penyegar badan.
Baca juga: Gubernur Jambi tindaklanjuti khasiat daun "Sungkai" obati COVID-19
Baca juga: BPOM izinkan penggunaan Paxlovid untuk pengobatan COVID-19
Oleh karena itu, produk olahan ekstrak daun sungkai yang mengandung senyawa bioaktif dan bermanfaat sebagai kekebalan tubuh dan antivirus perlu dikaji lebih mendalam.
Kemudian profil proksimat dan vitamin C bahan kering dan seduhan daun sungkai menunjukkan hasil yang bagus dari kandungan air, abu, protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin C.
Pemberian ekstrak etanol daun sungkai dengan konsentrasi 87,5 mg/BB, 175 mg/BB dan 350 mg/BB pada tikus jantan galur wistar tidak mengakibatkan perubahan histologi hati dan ginjal tikus, tidak memberikan reaksi negatif terhadap biokimia darah hati dan ginjal tikus putih serta profil darahnya.
Selain itu, pemberian ekstrak etanol daun sungkai muda tidak memberikan efektifitas yang signifikan terhadap aktifitas fagositosis dan morfometri limpa tetapi cenderung meningkatkan imunostimultan terhadap laju eliminasi karbon, indeks fagositosis dan indeks stimulasi pada dosis 87,5 mg/BB dan 175 mg/BB.
Selanjutnya jumlah leukosit dalam batas normal serta neutrophil, basophil, monosit, eosinophil cenderung terjadi peningkatan jumlah sel setelah diberi ekstrak etanol daun muda sungkai selama 28 hari berturut-turut.
"Pemberian ekstrak tersebut dengan tiga dosis yang bervariasi aman digunakan sebagai obat herbal dengan hewan uji tikus putih jantan galur wistar," kata Sasi yang didampingi salah satu mahasiswinya Dea Aulya.
Hasil riset inipun sudah terbit untuk publikasi ilmiah di jurnal nasional terindeks Sinta (Biotropika) dan jurnal internasional (IJWEM/Biodiversitas) dalam proses "submitted" (terkirim).
Adapun target tambahan tim peneliti berupa pengajuan paten sederhana sampai tahap terdaftar melalui Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ULM.
Diketahui tumbuhan daun sungkai memiliki batang pohon dengan ketinggian bisa mencapai tujuh meter. Hidupnya tersebar mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dan mudah dijumpai termasuk menyebar tumbuh di seluruh Kalimantan.
Selain daunnya yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan, batang kayu dari pohon sungkai kerap dijadikan untuk industri mebel dan kerajinan dikarenakan menyerupai kayu jati dan mempunyai alur artistik dan warnanya cerah bergaris cokelat tua.*
Baca juga: Pemerintah minta RS siapkan tempat tidur antisipasi kenaikan COVID-19
Baca juga: Guru Besar UI: Tanaman herbal berpotensi jadi obat terapi COVID-19
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membiayai riset daun sungkai oleh mahasiswa dan dosen Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lambung Mangkurat (FMIPA ULM) karena ramai di masyarakat daun sungkai bisa mengobati COVID-19.
"Alhamdulillah, kami mendapatkan dana Rp63 juta dari LPDP dengan skema riset mandiri dosen untuk fokus meneliti khasiat ekstrak daun sungkai (peronema canescens) menjadi produk herbal pencegah COVID-19," kata Sasi Gendro Sari MSc selaku ketua tim peneliti di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu.
Bersama anggota tim Rusmiati MSi dan Susi MSi serta melibatkan delapan mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA ULM yaitu Alya Nur Afifah, Nia Aulia, Elia Saputri, Anggun Isnawati, Marike Aulia Simanullang, Rimaa Rahmawati, Dea Aulya dan Shofaa Maulida, riset yang dimulai sejak Desember 2021 dan dirancang selama 10 bulan akhirnya rampung.
Sasi memaparkan sejumlah temuan ilmiahnya dari serangkaian penelitian yang dilakukan. Secara empiris, tumbuhan sungkai khususnya bagian daun muda diyakini mampu dijadikan sebagai alternatif obat mencegah penyakit COVID-19 karena kemampuannya sebagai immune booster atau meningkatkan kekebalan tubuh, antiplasmodium, antibakteri, obat demam, obat kuning dan penyegar badan.
Baca juga: Gubernur Jambi tindaklanjuti khasiat daun "Sungkai" obati COVID-19
Baca juga: BPOM izinkan penggunaan Paxlovid untuk pengobatan COVID-19
Oleh karena itu, produk olahan ekstrak daun sungkai yang mengandung senyawa bioaktif dan bermanfaat sebagai kekebalan tubuh dan antivirus perlu dikaji lebih mendalam.
Kemudian profil proksimat dan vitamin C bahan kering dan seduhan daun sungkai menunjukkan hasil yang bagus dari kandungan air, abu, protein, lemak dan karbohidrat serta vitamin C.
Pemberian ekstrak etanol daun sungkai dengan konsentrasi 87,5 mg/BB, 175 mg/BB dan 350 mg/BB pada tikus jantan galur wistar tidak mengakibatkan perubahan histologi hati dan ginjal tikus, tidak memberikan reaksi negatif terhadap biokimia darah hati dan ginjal tikus putih serta profil darahnya.
Selain itu, pemberian ekstrak etanol daun sungkai muda tidak memberikan efektifitas yang signifikan terhadap aktifitas fagositosis dan morfometri limpa tetapi cenderung meningkatkan imunostimultan terhadap laju eliminasi karbon, indeks fagositosis dan indeks stimulasi pada dosis 87,5 mg/BB dan 175 mg/BB.
Selanjutnya jumlah leukosit dalam batas normal serta neutrophil, basophil, monosit, eosinophil cenderung terjadi peningkatan jumlah sel setelah diberi ekstrak etanol daun muda sungkai selama 28 hari berturut-turut.
"Pemberian ekstrak tersebut dengan tiga dosis yang bervariasi aman digunakan sebagai obat herbal dengan hewan uji tikus putih jantan galur wistar," kata Sasi yang didampingi salah satu mahasiswinya Dea Aulya.
Hasil riset inipun sudah terbit untuk publikasi ilmiah di jurnal nasional terindeks Sinta (Biotropika) dan jurnal internasional (IJWEM/Biodiversitas) dalam proses "submitted" (terkirim).
Adapun target tambahan tim peneliti berupa pengajuan paten sederhana sampai tahap terdaftar melalui Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) ULM.
Diketahui tumbuhan daun sungkai memiliki batang pohon dengan ketinggian bisa mencapai tujuh meter. Hidupnya tersebar mulai dataran rendah sampai dataran tinggi dan mudah dijumpai termasuk menyebar tumbuh di seluruh Kalimantan.
Selain daunnya yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan, batang kayu dari pohon sungkai kerap dijadikan untuk industri mebel dan kerajinan dikarenakan menyerupai kayu jati dan mempunyai alur artistik dan warnanya cerah bergaris cokelat tua.*
Baca juga: Pemerintah minta RS siapkan tempat tidur antisipasi kenaikan COVID-19
Baca juga: Guru Besar UI: Tanaman herbal berpotensi jadi obat terapi COVID-19
Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022
Tags: