"Dulu pernah kejadian sama seperti ini. Sekarang kejadian lagi, lebih banyak (busanya) kalau yang sekarang ini," ungkap warga setempat, Kinan di Gunungputri, Bogor, Rabu.
Menurutnya, kemunculan limbah busa berwarna putih itu tidak berangsur lama, melainkan hanya hitungan menit sekitar pukul 08.30 WIB pada Selasa (26/7).
"Tidak lama lewatnya, memang banyak (busanya). Tapi saat kita kipasin busanya hilang," kata Kinan.
Baca juga: Tumpukan sampah bambu sumbat aliran Sungai Cikeas di Bekasi
Baca juga: Sungai Cikeas di Bekasi tertutup 1.200 kubik sampah bambu
Meski begitu, tumpukan busa itu membuat aroma air Sungai Cileungsi semakin tak sedap, menyerupai bau bahan kimia pemutih pakaian. Ia bahkan tersedak saat pertama kali menghirup aroma di sekitar Sungai Cileungsi saat itu.
Kinan menduga, limbah yang mencemari aliran air itu berasal dari pabrik yang berlokasi di bantaran Sungai Cileungsi. Pasalnya, bukan hanya kali ini sungai tersebut mengalami pencemaran.
"Kalaupun tidak ada busa, air di sini memang sudah tercemar limbah. Kalau pagi airnya bening, tapi kalau siang atau sore airnya warna hijau," tuturnya.
Baca juga: Pemerintah teliti pencemaran Sungai Cileungsi
Meski begitu, tumpukan busa itu membuat aroma air Sungai Cileungsi semakin tak sedap, menyerupai bau bahan kimia pemutih pakaian. Ia bahkan tersedak saat pertama kali menghirup aroma di sekitar Sungai Cileungsi saat itu.
Kinan menduga, limbah yang mencemari aliran air itu berasal dari pabrik yang berlokasi di bantaran Sungai Cileungsi. Pasalnya, bukan hanya kali ini sungai tersebut mengalami pencemaran.
"Kalaupun tidak ada busa, air di sini memang sudah tercemar limbah. Kalau pagi airnya bening, tapi kalau siang atau sore airnya warna hijau," tuturnya.
Baca juga: Pemerintah teliti pencemaran Sungai Cileungsi
Baca juga: Ribuan batang bambu penyumbat hilir Sungai Cikeas dibersihkan
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, Ade Yana Mulyana menyebutkan bahwa pihaknya akan memantau para pembuang limbah di Sungai Cileungsi melalui kamera pengintai atau CCTV.
"Fungsinya adalah ketika terjadi pencemaran, kami minimal bisa identifikasi titik awalnya dimana sih. Itu yang selama ini kami susah (lakukan)," ujarnya.
Ia mengaku sedang menghitung kebutuhan jumlah kebutuhan CCTV bersama Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C), kemudian menyesuaikan dengan anggaran yang disiapkan untuk pengadaan.
"Misalnya tahun ini kuatnya (beli) lima, tahun depan ditambah lima, di beda titik sepanjang jalur itu," terang Ade Yana.
Ade Yana berharap, CCTV tersebut akan diintegrasikan menggunakan aplikasi perangkat ponsel sehingga masyarakat bisa ikut mengawasi.
"Bukan hanya dinas. Kami juga nggak bisa mantengin HP 24 jam. Kita fokusnya di pengadaan sarana fisiknya dulu. Kalau sarana fisik udah ada, kita kembangkan software versi android," ujarnya.
Baca juga: Sejumlah warga heboh dengan fenomena air sungai berbusa
Baca juga: Enam sungai di Bekasi tercemar limbah industriSementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, Ade Yana Mulyana menyebutkan bahwa pihaknya akan memantau para pembuang limbah di Sungai Cileungsi melalui kamera pengintai atau CCTV.
"Fungsinya adalah ketika terjadi pencemaran, kami minimal bisa identifikasi titik awalnya dimana sih. Itu yang selama ini kami susah (lakukan)," ujarnya.
Ia mengaku sedang menghitung kebutuhan jumlah kebutuhan CCTV bersama Komunitas Peduli Sungai Cileungsi-Cikeas (KP2C), kemudian menyesuaikan dengan anggaran yang disiapkan untuk pengadaan.
"Misalnya tahun ini kuatnya (beli) lima, tahun depan ditambah lima, di beda titik sepanjang jalur itu," terang Ade Yana.
Ade Yana berharap, CCTV tersebut akan diintegrasikan menggunakan aplikasi perangkat ponsel sehingga masyarakat bisa ikut mengawasi.
"Bukan hanya dinas. Kami juga nggak bisa mantengin HP 24 jam. Kita fokusnya di pengadaan sarana fisiknya dulu. Kalau sarana fisik udah ada, kita kembangkan software versi android," ujarnya.
Baca juga: Sejumlah warga heboh dengan fenomena air sungai berbusa