Banjarmasin (ANTARA) - Wajah Meratus, yaitu rentetan pegunungan yang terbentang luas, mengandung kekayaan alam, budaya kearifan lokal, hingga hayati di Kalimantan Selatan, sedikit terlihat dari hasil sorotan lensa kamera "Kompetisi Foto Meratus Menuju Geopark Dunia".

Penyingkap eksotisme Meratus go public itu adalah LKBN ANTARA Biro Kalsel, bekerja sama dengan Badan Pengelolaan (BP) Geopark Meratus dan Dinas Komunikasi dan Informatika Kalsel.

Bentang alam, budaya kearifan lokal dan hayati di ekosistem Geopark Meratus, menjadi target lensa para peserta lomba skala nasional yang digelar sejak 7 Maret-30 Juni 2022.

Sepanjang waktu itu, setidaknya ada 103 peserta dan 605 hasil foto, hasil lomba tersebut. Semua foto itu dibagi menjadi tiga kategori yakni bentang alam, budaya kearifan lokal dan hayati.

Foto terbaik dari yang terbaik hasil kompetisi itu dinilai untuk menentukan juara, masing-masing untuk bentang alam ada enam, budaya kearifan lokal lima dan hayati lima orang pemenang.

Pada 2 Juni lalu, penilaian dilakukan. Jurinya tidak sembarangan, kemampuannya teruji secara kompetensi. Mereka adalah Kepala Redaksi Foto LKBN ANTARA Prasetyo Utomo, Fotografer BP Geopark Meratus Sofandi, dan dari Gatty Emige Ulet Ifansasti.

Sebagai apresiasi, Senin (25/7/2022) malam, di Gedung Pancasila Gubernur Kalsel Sahbirin Noor didampingi Kepala Biro LKBN ANTARA Kalsel Aulia Badar menyerahkannya sertifikat, cenderamata dan uang total Rp30 juta kepada para pemenang yang hadir dari berbagai daerah.

Tentunya foto-foto itu hanya sedikit menggambarkan kemegahan Geopark Meratus, yang saat ini sudah diakui di tingkat nasional (2018) dan diperjuangkan ke tingkat dunia sebagai UNESCO Global Geopark (UGG).

Gubernur Kalsel Sahbirin Noor sadar bahwa daerahnya telah dianugerahi kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa. Oleh karena itu, lomba foto tersebut adalah salah satu gerakan untuk mendukung Geopark Meratus agar diakui dunia.

"Sering saya katakan bahwa Kalsel bagaikan sehelai kain dari surga," ujar Sahbirin yang dulunya adalah Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) itu, saat memberikan sambutan.

Konsep Geopark Meratus, mengusung suatu konsep, dengan tiga pilar yakni Pengembangan Masyarakat, Pembangunan Ekonomi dan Konservasi.

Hal itu sesuai dengan semboyan Geopark Meratus, "Memuliakan Warisan Bumi" untuk mensejahterakan masyarakat setempat, ujar gubernur.
Pemandangan dalam hutan di tubuh Gunung Periok Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. ANTARA / HO Bayu Pratama S


Melalui LKBN ANTARA pada 4-14 Agustus 2022 di Jakarta, pameran foto hasil jepretan kompetisi foto Geopark Meratus akan kembali digelar. Kali, ini ke tingkat yang lebih tinggi, salah satu rangkaian kegiatan yang direncanakan mengundang beberapa Kedutan Besar dari berbagai negara menyaksikan eksotisme Geopark Meratus lewat foto.

Di Jakarta itu nantinya juga akan dilakukan diskusi bertema "Meratus Menuju Geopark Dunia". Hadir sebagai narasumber, BP Geopark Meratus, Pemprov Kalsel, dan perwakilan fotografer.

Geopark Meratus

Geopark Meratus di Kalsel merupakan salah satu laboratorium alam tertua di Indonesia dengan sejarah geologi yang kompleks, kata peneliti Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ruly Setiawan.

"Kita bisa mempelajari sejarah bumi dari Pegunungan Meratus. Karena di sini ada bukti-bukti terjadinya proses geologi, yaitu tumbukan antara lempeng benua dan samudera pada 200 juta tahun yang lalu," kata Ruly dalam perbincangan dengan ANTARA di Banjarmasin.

Pegunungan Meratus yang berumur sekitar 200 juta tahun adalah kawasan menarik bagi ahli kebumian untuk melakukan riset maupun bagi wisata umum sehingga potensinya kompleks.

Sebagai salah satu bukti, sudah banyak hasil riset dan jurnal baik dalam maupun luar negeri mengenai Pegunungan Meratus. Di kawasan tersebut juga ditemukan jejak awal peradaban manusia, dengan temuan fosil manusia purba di beberapa goa.

Untuk geosite, di Kalsel di catatan BP Geopark Meratus, ada 74 situs yang tersebar di berbagai daerah, seperti Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar, Banjarbaru, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kotabaru.

Mencapai semua cita-cita menjadikan Meratus mendunia itu, tentunya tidak semudah mengeruk batu bara dari perut bumi, BP Geopark Meratus beserta unsur terkait lainnya saat ini masih berjuang untuk membawa nama Meratus ke tingkat dunia. Hingga akhirnya terlindungi dari segala ancaman perusak alam yang bertengger di ekosistem Geopark Meratus.

Save Meratus

Salah satu wilayah terbanyak yang memiliki geosite Geopark Meratus, budaya kearifan lokal dan hayati yaitu di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).

Kondisi alam di sana di sebut masih "perawan" karena masih alami tidak tersentuh ekspansi industri ekstraktif, seperti pertambangan batu bara.

Sebagai wilayah di daerah itu, bertengger izin konsesi pertambangan batubara yang mengancam kelestarian alam dan budaya masyarakat setempat.

​​​​​Sedikit menyegarkan ingatan, agar perjuangan perjuangan itu tetap berlanjut dan semangat tetap terbakar hebat membawa Geopark Meratus ke tingkat dunia.

Sejak 2018, gaung penyelamatan Meratus di HST sangat-sangat bergema hingga akhir 2020 lalu dan tetap berjalan hingga sekarang. Kelompok LSM, mahasiswa, pelajar hingga masyarakat umum seantero Kalsel sepakat menolak SK Menteri ESDM nomor 441.K/30/DJB/2017. Beragam aksi penolakan waktu itu dilakukan di berbagai tempat di Kalsel.

SK itu tentang Penyesuaian Tahap Kegiatan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) PT Mantimin Coal Mining (MCM) menjadi Tahap Kegiatan Operasi Produksi, tanggal 4 Desember 2017 di tiga kabupaten yaitu Tabalong, Balangan dan HST dengan luas 5.908 hektar.

Penolakan itu umumnya dipromotori oleh masyarakat HST karena tidak ingin daerahnya rusak dan didukung gerakan massa di penjuru Kalsel.

Mengingat wilayah HST adalah satu satunya di Kalsel yang masih tidak tersentuh industri ekstraktif dan merupakan daerah yang memiliki kawasan hujan hujan yang terkoneksi dengan kehidupan masyarakat.

Masyarakat Dayak di kampung adat Dusun Pantai Mangkiling, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. ANTARA / HO Bayu Pratama S


Mengutip rilis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) 14 Februari 2021 di Banjarbaru, berjudul : #SaveMeratus Menang, Pemerintah Segera Evaluasi dan Cabut Izin Industri Ekstraktif Bermasalah.

"Ini adalah kemenangan kita semua warga Kalimantan Selatan. Atas putusan Mahkamah Agung (MA) yang tetap memenangkan gugatan Walhi, ini kemenangan kita semua, Walhi mengapresiasi putusan peninjauan kembali (PK) MA ini. Walhi berterimakasih kepada semua pihak dan seluruh elemen masyarakat yang mendukung gugatan. Ini adalah berita baik di tengah terjangan bencana ekologis. Untuk pihak tergugat yaitu kementerian ESDM dan PT MCM kami mendesak harus menjalankan putusan MA ini” kata Direktur Eksekutif Daerah Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono.

Walhi bergerak sudah sejak lama, kata Kisworo, perjuangan penyelamatan Meratus sudah sejak tahun 1980 hingga sampai sekarang. Baik terkait isu kehutanan, pertambangan dan pengakuan masyarakat hukum adat.
Jika BP Geopark Meratus pada tujuan akhirnya menyelamatkan Meratus dari intervensi semacam itu tadi, maka pergerakan nya sesuai dengan irama sebagian masyarakat Kalsel, yaitu Menyelamatkan Meratus Menyelamatkan Kehidupan.