Yaounde (ANTARA) - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut krisis pangan global sebagai senjata perang Rusia dan menepis anggapan bahwa sanksi Barat adalah penyebab krisis tersebut.

"Kami disalahkan oleh beberapa pihak yang mengatakan bahwa sanksi Eropa (terhadap Rusia) adalah penyebab krisis pangan dunia, termasuk di Afrika. Itu sepenuhnya salah," kata Macron dalam pertemuan dengan komunitas Prancis selama kunjungannya di Kamerun, Selasa (26/7).

"Pangan, seperti halnya energi, telah menjadi senjata perang Rusia. Kita harus membantu benua Afrika untuk memproduksi lebih banyak untuk dirinya sendiri," ujar dia, melanjutkan.

Seperti banyak negara berkembang, Kamerun menghadapi lonjakan harga minyak, pupuk, dan bahan makanan.

Kekurangan bahan bakar yang parah melanda ibu kota Yaounde pekan lalu, yang menyebabkan antrean panjang di pompa bensin.

Perjalanan Macron ke Afrika bertujuan memperkuat hubungan politik dengan benua itu dan membantu meningkatkan produksi pertanian di tengah meningkatnya kerawanan pangan akibat perang di Ukraina.

Sebagian besar Afrika menghindari keberpihakan dan menolak untuk bergabung dengan kecaman dan sanksi Barat.

Banyak negara Afrika bergantung pada gandum dan energi dari Rusia, tetapi mereka juga membeli gandum Ukraina yang pengirimannya telah terganggu akibat konflik.

Di lain pihak, Rusia menyangkal bertanggung jawab atas krisis pangan dan justru menyalahkan sanksi Barat karena memperlambat ekspor pangan dan pupuknya.

Moskow juga menyalahkan Ukraina karena memasang ranjau di dekat pelabuhannya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Presiden Brazil tolak sanksi terhadap Rusia demi jamin impor pupuk
Baca juga: Rusia akan kurangi pasokan gas ke Eropa, sebut sanksi sebagai penyebab
Baca juga: Menkeu AS sindir aksi Rusia jadikan pangan sebagai alat perang