Minyak naik untuk hari kedua di tengah kekhawatiran ketatnya pasokan
26 Juli 2022 15:25 WIB
Kompleks kilang minyak PT Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) III Plaju, Sungai Gerong, Palembang, Sumsel. ANTARA/Nova Wahyudi
Tokyo/Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik untuk hari kedua di perdagangan Asia pada Selasa sore, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pengetatan pasokan Eropa setelah Rusia, pemasok utama minyak dan gas alam ke kawasan itu, memotong pasokan gas melalui pipa utama.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 1,66 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi diperdagangkan di 106,81 dolar AS per barel pada pukul 06.18 GMT, memperpanjang kenaikan 1,9 persen pada hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September juga bertambah 1,47 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi diperdagangkan di 98,17 dolar AS per barel, setelah melonjak 2,1 persen pada Senin (25/7/2022).
Rusia memperketat aliran gasnya di Eropa pada Senin (25/7/2022) karena Gazprom mengatakan pasokan melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman akan turun menjadi hanya 20 persen dari kapasitas.
Pengurangan pasokan Rusia akan membuat negara-negara tidak dapat memenuhi tujuannya untuk mengisi ulang penyimpanan gas alam menjelang periode permintaan musim dingin. Jerman, ekonomi terbesar Eropa, menghadapi potensi penjatahan gas ke industri untuk menjaga warganya tetap hangat selama bulan-bulan musim dingin.
Hal ini dapat mendorong pengguna akhir untuk menukar gas mereka dengan produk minyak, terutama solar. Tapi ini juga membawa risiko karena Rusia memasok sebagian besar bahan bakar diesel di kawasan itu dan harga untuk pengemudi yang bergantung pada bahan bakar diperkirakan akan naik.
"Harga gas yang lebih tinggi, yang dipicu oleh tekanan gas Rusia, dapat menyebabkan peralihan tambahan ke minyak mentah dari gas dan mendukung harga minyak," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum penelitian di Nissan Securities.
Pasokan minyak mentah, produk minyak, dan gas Eropa telah terganggu oleh kombinasi sanksi Barat dan perselisihan pembayaran dengan Rusia sejak invasi ke Ukraina 24 Februari, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus."
Namun, penurunan permintaan karena harga minyak mentah dan bahan bakar yang tinggi baru-baru ini dan ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat telah memberikan tekanan pada harga.
"Tarik-menarik antara kekhawatiran tentang melemahnya permintaan karena perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga AS dan kekhawatiran risiko pasokan karena konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu," kata Kikukawa, memprediksi WTI untuk diperdagangkan dalam kisaran sekitar 100 dolar AS per barel.
Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada akhir pertemuan kebijakannya pada Rabu (27/7/2022). Peningkatan tersebut dapat mengurangi kegiatan ekonomi dan dengan demikian berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar.
Sentimen pasar bergoyang antara kekhawatiran tentang ketidakstabilan sisi penawaran dan ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih lemah di bawah tekanan ekonomi global, kata analis dari Haitong Futures.
Kesenjangan antara patokan minyak internasional Brent dan patokan WTI AS telah melebar ke level yang tidak terlihat sejak Juni 2019, karena berkurangnya permintaan bensin di Amerika Serikat membebani minyak mentah AS sementara pasokan yang ketat mendukung Brent.
"Meskipun ada diskon harga ... kedua kontrak memiliki kurva berjangka yang tetap dalam backwardation yang dalam, menandakan bahwa pasokan fisik yang cepat tetap ketat," tulis Jeffrey Halley, analis pasar senior dari OANDA dalam sebuah catatan.
"Rusia tetap menjadi kartu liar di bidang energi, mendukung harga, situasi yang tidak mungkin berubah dalam waktu dekat."
Spread antar bulan Brent yang cepat mencapai 5 dolar AS per barel pada Selasa, level tertinggi dalam tiga minggu. Di pasar yang backwardated, harga bulan depan lebih tinggi daripada harga di bulan-bulan mendatang.
Baca juga: Minyak naik, pengurangan gas Rusia ke Eropa dorong peralihan ke minyak
Baca juga: Minyak naik 2 dolar karena "greenback" melemah, pasar waspadai Fed
Baca juga: Harga minyak jatuh lagi, pasar khawatir naiknya Fed kurangi permintaan
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 1,66 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi diperdagangkan di 106,81 dolar AS per barel pada pukul 06.18 GMT, memperpanjang kenaikan 1,9 persen pada hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September juga bertambah 1,47 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi diperdagangkan di 98,17 dolar AS per barel, setelah melonjak 2,1 persen pada Senin (25/7/2022).
Rusia memperketat aliran gasnya di Eropa pada Senin (25/7/2022) karena Gazprom mengatakan pasokan melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman akan turun menjadi hanya 20 persen dari kapasitas.
Pengurangan pasokan Rusia akan membuat negara-negara tidak dapat memenuhi tujuannya untuk mengisi ulang penyimpanan gas alam menjelang periode permintaan musim dingin. Jerman, ekonomi terbesar Eropa, menghadapi potensi penjatahan gas ke industri untuk menjaga warganya tetap hangat selama bulan-bulan musim dingin.
Hal ini dapat mendorong pengguna akhir untuk menukar gas mereka dengan produk minyak, terutama solar. Tapi ini juga membawa risiko karena Rusia memasok sebagian besar bahan bakar diesel di kawasan itu dan harga untuk pengemudi yang bergantung pada bahan bakar diperkirakan akan naik.
"Harga gas yang lebih tinggi, yang dipicu oleh tekanan gas Rusia, dapat menyebabkan peralihan tambahan ke minyak mentah dari gas dan mendukung harga minyak," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum penelitian di Nissan Securities.
Pasokan minyak mentah, produk minyak, dan gas Eropa telah terganggu oleh kombinasi sanksi Barat dan perselisihan pembayaran dengan Rusia sejak invasi ke Ukraina 24 Februari, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus."
Namun, penurunan permintaan karena harga minyak mentah dan bahan bakar yang tinggi baru-baru ini dan ekspektasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat telah memberikan tekanan pada harga.
"Tarik-menarik antara kekhawatiran tentang melemahnya permintaan karena perlambatan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga AS dan kekhawatiran risiko pasokan karena konflik Rusia-Ukraina yang berkepanjangan kemungkinan akan berlanjut untuk beberapa waktu," kata Kikukawa, memprediksi WTI untuk diperdagangkan dalam kisaran sekitar 100 dolar AS per barel.
Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada akhir pertemuan kebijakannya pada Rabu (27/7/2022). Peningkatan tersebut dapat mengurangi kegiatan ekonomi dan dengan demikian berdampak pada pertumbuhan permintaan bahan bakar.
Sentimen pasar bergoyang antara kekhawatiran tentang ketidakstabilan sisi penawaran dan ekspektasi permintaan bahan bakar yang lebih lemah di bawah tekanan ekonomi global, kata analis dari Haitong Futures.
Kesenjangan antara patokan minyak internasional Brent dan patokan WTI AS telah melebar ke level yang tidak terlihat sejak Juni 2019, karena berkurangnya permintaan bensin di Amerika Serikat membebani minyak mentah AS sementara pasokan yang ketat mendukung Brent.
"Meskipun ada diskon harga ... kedua kontrak memiliki kurva berjangka yang tetap dalam backwardation yang dalam, menandakan bahwa pasokan fisik yang cepat tetap ketat," tulis Jeffrey Halley, analis pasar senior dari OANDA dalam sebuah catatan.
"Rusia tetap menjadi kartu liar di bidang energi, mendukung harga, situasi yang tidak mungkin berubah dalam waktu dekat."
Spread antar bulan Brent yang cepat mencapai 5 dolar AS per barel pada Selasa, level tertinggi dalam tiga minggu. Di pasar yang backwardated, harga bulan depan lebih tinggi daripada harga di bulan-bulan mendatang.
Baca juga: Minyak naik, pengurangan gas Rusia ke Eropa dorong peralihan ke minyak
Baca juga: Minyak naik 2 dolar karena "greenback" melemah, pasar waspadai Fed
Baca juga: Harga minyak jatuh lagi, pasar khawatir naiknya Fed kurangi permintaan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022
Tags: