Bangkok (ANTARA) - Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha lolos dari mosi tidak percaya di parlemen pada Sabtu.

Mantan panglima angkatan darat berusia 68 tahun itu, yang menjabat PM setelah memimpin kudeta pada 2014, mengamankan dukungan bagi dirinya sampai akhir masa jabatan pada Maret tahun depan.

Pemungutan suara menghasilkan 256 dukungan kepada Prayuth, 206 suara lain menentangnya, sedangkan sembilan anggota parlemen bersikap abstain.

Mosi tersebut menjadi ujian besar bagi kepemimpinannya menjelang pemilihan umum yang akan digelar dalam 11 bulan ke depan.

Dia dan 10 menterinya akhir-akhir ini mendapat tekanan dari oposisi, yang menuduh mereka korupsi dan salah urus ekonomi.

Tuduhan itu dilakukan oposisi untuk mendiskreditkan koalisi 17 partai yang berkuasa sebelum pemilihan digelar.

Mosi tersebut adalah mosi ke-4 terhadap kinerja pemerintahannya sejak dia dipilih oleh DPR untuk tetap menjabat PM pada 2019.

Oposisi menuduh pemilihan itu didasarkan pada peraturan yang sengaja dirancang agar dirinya tetap berkuasa.

Prayuth menyangkal tuduhan itu.

Meski jajak-jajak pendapat menunjukkan popularitasnya menurun, Prayuth diprediksi akan bertahan, menurut para analis politik.

Sejumlah analis memandang gerakan kecaman terhadap Prayuth merupakan upaya oposisi untuk meraih dukungan publik menjelang pemilu.

Prayuth belum memberi sinyal tentang tanggal pelaksanaan pemilu.


Sumber: Reuters

Baca juga: PM Thailand lolos dari mosi tidak percaya di parlemen

Baca juga: PM Thailand semprot wartawan dengan disinfektan, hindari pertanyaan


Puluhan ribu demonstran tuntut reformasi monarki kerajaan Thailand