Surabaya (ANTARA) - Peringatan bahwa "COVID-19 belum sepenuhnya hilang" betul-betul terbukti. Dalam beberapa pekan ini, jumlah kasus penularan virus corona tipe SARS-CoV-2 kembali meningkat.

Ketika jumlah kasus infeksi virus corona terus menerus turun pada awal tahun 2022, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk melonggarkan protokol kesehatan dengan memperbolehkan warga melepas masker di tempat-tempat terbuka.

Namun, tak lama berselang angka kasus harian COVID-19 meningkat lagi sehingga pemerintah mencabut kebijakan pelonggaran aturan penggunaan masker di tempat terbuka.

Perubahan-perubahan kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi penularan virus corona mau tidak mau memang harus dijalankan oleh pemerintah untuk melindungi masyarakat dari paparan virus corona penyebab COVID-19 beserta varian dan sub-variannya, termasuk varian BA.4 dan BA.5.

Jika menggunakan analogi naik kendaraan, kebijakan menginjak rem dan gas secara bergantian ini memang menjadi pilihan ideal pemerintah saat ini. Tujuannya agar kesehatan masyarakat tetap terjaga, tetapi aktivitas ekonomi juga tidak macet.

Budaya baru

Sebetulnya penggunaan masker di luar rumah sudah menjadi budaya baru di kalangan masyarakat kita sejak virus corona penyebab COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China, itu menyebar dan menyerang warga di wilayah Indonesia.

Meskipun demikian, masih ada sebagian anggota masyarakat yang menganggap menggunakan masker sebagai suatu hal yang merepotkan. Alasannya macam-macam. Di antaranya ada yang merasa susah bernafas kalau memakai masker.

Sekarang, pada masa virus corona terus bermutasi dan memunculkan varian serta sub-varian virus baru dengan tingkat penularan dan bahaya serangan berbeda-beda, pengenaan masker menjadi satu-satunya cara yang mudah dijalankan untuk menghindari risiko penularan virus tersebut.

Sebagai bagian dari masyarakat, kita dituntut untuk tidak mengedepankan ego dengan menggunakan alasan "ketidakpraktisan" maupun "susah bernapas" ketika pemerintah meminta kita menggunakan masker saat beraktivitas di tempat umum.

Ketika awal kebijakan menggunakan masker digulirkan, penolakan dan keengganan sebagian anggota masyarakat sempat mengemuka. Namun, mereka yang awalnya menolak akhirnya terpaksa kemana-mana menggunakan penutup mulut dan hidung.

Dari terpaksa, lama-lama menjadi biasa, kemudian membudaya, menjadi kebutuhan.

Orang yang sudah terbiasa memakai masker, jadi merasa tidak nyaman kalau keluar rumah tidak menggunakan masker. Banyak orang yang awalnya enggan memakai masker, kini "ketagihan" menggunakan masker.

Karena sudah terbiasa memakai masker, saat pemerintah tidak lagi mewajibkan pemakaian masker pun sebagian warga tetap menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.

Kelompok masyarakat yang demikian tentu tidak bermasalah saat pemerintah kembali mewajibkan pemakaian masker bagi warga yang beraktivitas di tempat umum.

Pada kelompok masyarakat yang enggan bermasker, dibutuhkan tekanan khusus untuk membuat mereka terbiasa mengenakan masker guna melindungi diri sendiri dan orang lain dari penularan penyakit.

Pemakaian masker efektif untuk meminimalkan risiko penularan COVID-19. Dengan cakupan vaksinasi yang sudah cukup tinggi, penggunaan masker diharapkan bisa menekan penularan penyakit tersebut, sehingga tidak sampai berdampak luas pada berbagai sektor kehidupan, termasuk kesehatan, ekonomi, dan sosial, sebagaimana yang terjadi dalam dua tahun terakhir.

Duta masker

Kecenderungan peningkatan angka kasus positif COVID-19 saat ini terjadi bersamaan dengan dimulainya pembelajaran tatap muka secara penuh di sekolah-sekolah.

Tentu hal ini menimbulkan kekhawatiran, tidak saja bagi pemerintah, tapi juga bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah. Dengan intensitas berkumpul setiap hari, anak-anak sekolah memang menjadi lebih rentan tertular virus corona penyebab COVID-19.

Selain itu, saat ini warga Muslim yang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci secara bertahap dipulangkan ke Tanah Air. Kedatangan banyak orang dari luar negeri juga bisa meningkatkan risiko penularan virus corona, termasuk pada pelajar yang keluarga atau kerabatnya baru pulang berhaji.

Kondisi yang demikian menuntut upaya pelindungan ekstra. Selain vaksinasi lengkap ditambah dosis penguat atau ketiga, penggunaan masker harus digalakkan kembali untuk menekan risiko penularan.

Perlu kesadaran kolektif bahwa penggunaan masker itu tidak hanya untuk kepentingan diri kita sendiri, tetapi untuk kemaslahatan masyarakat dan bangsa yang mulai bergeliat untuk menuju ke kondisi ekonomi dan sosial sebagaimana sebelum pandemi datang pada tahun 2020.

Pengetatan kebijakan penggunaan masker di sekolah akan memberi dampak ganda. Selain dapat menjaga warga sekolah termasuk guru, murid, dan tenaga kependidikan tetap sehat, juga dapat menjaga kesehatan keluarga murid dan guru di rumah.

Para siswa yang sudah dibiasakan kembali menggunakan masker bisa menjadi semacam "duta" kampanye pemakaian masker bagi masyarakat, khususnya keluarga di rumah.

Para guru bisa menekankan kepada murid-murid agar ikut menyosialisasikan manfaat pemakaian masker kepada para orang tua murid dan pelajar.

Harapannya, para orang tua menjadi malu jika diingatkan oleh anak-anak saat tidak mengenakan masker sehingga berusaha membiasakan diri memakai masker.

Kebiasaan menerapkan pola hidup bersih dan sehat juga sebaiknya digiatkan lagi kampanyenya, termasuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.

Perlu kepedulian dan intervensi pemerintah daerah, baik provinsi yang membawahi sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan maupun kabupaten/kota yang membawahi sekolah menengah pertama ke bawah, untuk mengawasi penggunaan masker semasa pembelajaran tatap muka di sekolah.

Dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota bisa mendukung kebijakan pemerintah pusat ini dengan meningkatkan pengawasan guna memastikan seluruh warga sekolah tidak lalai menerapkan protokol kesehatan dalam kegiatan di sekolah.

Kesadaran menjalani vaksinasi, melaksanakan protokol kesehatan, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta memakai masker sangat penting dalam upaya menekan penularan COVID-19 supaya tidak sampai menimbulkan dampak besar sebagaimana sebelumnya.

Dan yang tidak kalah penting adalah sikap positif, optimisme bahwa bangsa kita mampu melewati keadaan sulit saat ini sebagaimana sebelumnya.

Baca juga:
Epidemiolog UGM dukung imbauan pakai masker di dalam dan luar ruangan
Ganjar minta masyarakat kembali disiplin pakai masker