Nilai perdagangan Indonesia-Swiss meningkat semester 1 2022
22 Juli 2022 21:27 WIB
Nilai perdagangan Indonesia dengan Swiss pada Semester 1 2022 terus meningkat sebesar 55,1 persen atau senilai 1,80 miliar dolar Amerika (sekitar Rp26,9 triliun) dibandingkan dengan 1,16 miliar dolar Amerika (sekitar Rp17,3 triliun) pada semester 1 2021. (ANTARA/KBRI Swiss)
Jakarta (ANTARA) - Nilai perdagangan Indonesia dengan Swiss pada Semester 1 2022 meningkat sebesar 55,1 persen atau senilai 1,80 miliar dolar AS (sekitar Rp26,9 triliun) dibandingkan dengan 1,16 miliar dolar AS (sekitar Rp17,3 triliun) pada semester 1 2021.
"Situasi seperti ini, sesungguhnya memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mengisi kebutuhan negara konsumen yang komoditasnya disuplai oleh Ukraina, Rusia maupun negara suplier yang terkena dampak. Swiss misalnya salah satu importir emas Rusia, sementara Indonesia juga merupakan salah satu eksportir emas terbesar dunia," kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad melalui rilis pers yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan kenaikan perdagangan Indonesia dan Swiss merupakan kabar baik di tengah ekonomi global yang masih tidak menentu, terlebih lagi dengan adanya perang antara Ukraina dan Rusia, ditambah dengan kenaikan inflasi global.
Ekspor Indonesia ke Swiss disebutkan meningkat lebih dari 60 persen atau senilai 1,60 miliar dolar Amerika (sekitar Rp23,9 triliun) jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nilai tersebut menjadikan Indonesia naik dua posisi ke peringkat 24 sebagai eksportir terbesar di Swiss, atau 0,9 persen dari total nilai impor Swiss dari dunia atau 0,6 persen pada semester 1 2021.
Sementara itu, impor Indonesia dari Swiss juga meningkat sebesar 12,8 persen atau senilai 210,95 juta dolar AS (sekitar Rp3,1 triliun), sementara pada semester 1 2021 adalah sebesar 187,05 juta dolar AS (sekitar Rp2,80 triliun).
Secara total, surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap Swiss pada semester 1 2022 adalah senilai 1,38 miliar dolar AS (sekitar Rp20,7 triliun).
Nilai tersebut naik sebesar 18,8 persen dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan sebesar 787,33 juta dolar AS (sekitar Rp11,8 triliun) pada semester 1 tahun lalu.
Komoditas utama ekspor Indonesia ke Swiss masih didominasi oleh emas, logam mulia, perhiasan (HS 71), yakni 84 persen dari total ekspor Indonesia ke Swiss atau senilai 1,34 miliar dolar AS (sekitar Rp20 triliun).
Selain emas, komoditas yang secara konsisten menempati lima teratas ekspor Indonesia ke Swiss di antaranya adalah alas kaki, tekstil bukan rajutan dan tekstil rajutan masing-masing menyumbang 4,0 persen, 2,2 persen, 1,2 persen dari total perdagangan.
Kemudian, komoditas utama yang mengalami kenaikan signifikan antara lain emas, furnitur, kulit, dan mesin listrik, masing-masing naik 83,1 persen, 21,2 persen, 13,4 persen dan 10 persen.
Sementara itu, komoditas utama yang mengalami penurunan dibandingkan semester 1 tahun lalu adalah essential oil yang turun 20,1 persen serta machinery dan mechanical appliance yang turun sebesar 15,4 persen.
Baca juga: Indonesia dan Swiss perkuat kerja sama keimigrasian
Baca juga: Bahlil bertemu Nestle di Davos Swiss, bahas fasilitasi investasi
Baca juga: Kadin percepat perdagangan dan investasi dengan Swiss
"Situasi seperti ini, sesungguhnya memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mengisi kebutuhan negara konsumen yang komoditasnya disuplai oleh Ukraina, Rusia maupun negara suplier yang terkena dampak. Swiss misalnya salah satu importir emas Rusia, sementara Indonesia juga merupakan salah satu eksportir emas terbesar dunia," kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Muliaman Hadad melalui rilis pers yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan kenaikan perdagangan Indonesia dan Swiss merupakan kabar baik di tengah ekonomi global yang masih tidak menentu, terlebih lagi dengan adanya perang antara Ukraina dan Rusia, ditambah dengan kenaikan inflasi global.
Ekspor Indonesia ke Swiss disebutkan meningkat lebih dari 60 persen atau senilai 1,60 miliar dolar Amerika (sekitar Rp23,9 triliun) jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Nilai tersebut menjadikan Indonesia naik dua posisi ke peringkat 24 sebagai eksportir terbesar di Swiss, atau 0,9 persen dari total nilai impor Swiss dari dunia atau 0,6 persen pada semester 1 2021.
Sementara itu, impor Indonesia dari Swiss juga meningkat sebesar 12,8 persen atau senilai 210,95 juta dolar AS (sekitar Rp3,1 triliun), sementara pada semester 1 2021 adalah sebesar 187,05 juta dolar AS (sekitar Rp2,80 triliun).
Secara total, surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap Swiss pada semester 1 2022 adalah senilai 1,38 miliar dolar AS (sekitar Rp20,7 triliun).
Nilai tersebut naik sebesar 18,8 persen dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan sebesar 787,33 juta dolar AS (sekitar Rp11,8 triliun) pada semester 1 tahun lalu.
Komoditas utama ekspor Indonesia ke Swiss masih didominasi oleh emas, logam mulia, perhiasan (HS 71), yakni 84 persen dari total ekspor Indonesia ke Swiss atau senilai 1,34 miliar dolar AS (sekitar Rp20 triliun).
Selain emas, komoditas yang secara konsisten menempati lima teratas ekspor Indonesia ke Swiss di antaranya adalah alas kaki, tekstil bukan rajutan dan tekstil rajutan masing-masing menyumbang 4,0 persen, 2,2 persen, 1,2 persen dari total perdagangan.
Kemudian, komoditas utama yang mengalami kenaikan signifikan antara lain emas, furnitur, kulit, dan mesin listrik, masing-masing naik 83,1 persen, 21,2 persen, 13,4 persen dan 10 persen.
Sementara itu, komoditas utama yang mengalami penurunan dibandingkan semester 1 tahun lalu adalah essential oil yang turun 20,1 persen serta machinery dan mechanical appliance yang turun sebesar 15,4 persen.
Baca juga: Indonesia dan Swiss perkuat kerja sama keimigrasian
Baca juga: Bahlil bertemu Nestle di Davos Swiss, bahas fasilitasi investasi
Baca juga: Kadin percepat perdagangan dan investasi dengan Swiss
Pewarta: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022
Tags: