WALHI NTT: Konservasi TN Komodo perlu pertimbangkan kearifan lokal
21 Juli 2022 20:13 WIB
Arsip foto - Petugas menggunakan masker berjaga di pintu masuk pintu masuk kawasan wisata Pulau Kelor di Taman Nasional (TN) Komodo, Manggarai Barat,NTT, Sabtu (18/7/2020). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha
Jakarta (ANTARA) - Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Nusa Tenggara Timur, Umbu Wulang Tanaamahu Paranggi, mengatakan komponen cagar biosfer perlu menjadi pertimbangan dalam upaya melakukan konservasi di Taman Nasional Komodo dengan mempertimbangkan elemen-elemen konservasi berbasis kearifan lokal.
Dihubungi oleh ANTARA dari Jakarta, Kamis, Umbu mengatakan terdapat tiga komponen cagar biosfer yang harus dipertimbangkan yaitu perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, peningkatan kesejahteraan masyarakat berdasarkan ekonomi ramah lingkungan dan pemulihan kebudayaan setempat.
Untuk melakukan konservasi di Taman Nasional Komodo dia mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan elemen-elemen konservasi yang berbasis kearifan lokal setempat dan berbasis sains.
"Kalau kita bicara konservasi seharusnya aspek kearifan lokal, akademik, harusnya ada di NTT," tuturnya.
Baca juga: Presiden jelaskan pertimbangan kenaikan tiket Pulau Komodo
Baca juga: Jokowi naik kapal pinisi menuju Pulau Rinca
Dia juga mendorong pelibatan masyarakat lokal yang telah lama hidup berdampingan dengan hewan yang hanya dapat ditemukan di Indonesia itu.
Selain itu, menghadapi ancaman yang disebabkan perubahan iklim perlu dipastikan diambil langkah yang menjaga ruang ekosistem untuk komodo.
"Perlu juga memperkuat sistem infrastruktur dalam konteks perlindungan ekosistem komodo yang melibatkan teknologi dan masyarakat setempat, terutama masyarakat lokal di Taman Nasional Komodo," katanya.
Dia juga meminta agar fokus diberikan untuk adanya konversasi yang premium, tidak hanya berfokus kepada pariwisata premium.
Sebelumnya, pemerintah menetapkan tarif masuk ke Taman Nasional Pulau Komodo menjadi Rp3,75 juta per orang mulai 1 Agustus 2022.
Di sela-sela kunjungan kerja di Pulau Rinca, NTT, Kamis, Presiden Joko Widodo mengatakan salah satu pertimbangkan kenaikan harga tiket masuk itu adalah adanya rencana konservasi di Pulau Komodo.
"Jadi kami ingin konservasi, tapi kami juga ingin ekonomi lewat turisme, lewat wisatawan. Ini harus seimbang," kata Presiden.
Menanggap berbagai respons terkait hal itu, Presiden mengatakan masyarakat tetap dapat melihat komodo di Pulau Rinca dengan tarif lebih murah. Bagi yang ingin melihat di Pulau Komodo tetap dapat dilakukan dengan tarif berbeda.
"Itu sebenarnya simple seperti itu. Jangan dibawa kemana-mana, karena pegiat-pegiat lingkungan, pegiat-pegiat konservasi juga harus kita hargai mereka, masukan mereka," ujar Presiden.
Baca juga: Pemda NTT tetap berlakukan tiket baru masuk ke Komodo Rp3,75 juta
Baca juga: Tiga destinasi alam Asia Tenggara untuk liburan musim panas keluarga
Dihubungi oleh ANTARA dari Jakarta, Kamis, Umbu mengatakan terdapat tiga komponen cagar biosfer yang harus dipertimbangkan yaitu perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, peningkatan kesejahteraan masyarakat berdasarkan ekonomi ramah lingkungan dan pemulihan kebudayaan setempat.
Untuk melakukan konservasi di Taman Nasional Komodo dia mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan elemen-elemen konservasi yang berbasis kearifan lokal setempat dan berbasis sains.
"Kalau kita bicara konservasi seharusnya aspek kearifan lokal, akademik, harusnya ada di NTT," tuturnya.
Baca juga: Presiden jelaskan pertimbangan kenaikan tiket Pulau Komodo
Baca juga: Jokowi naik kapal pinisi menuju Pulau Rinca
Dia juga mendorong pelibatan masyarakat lokal yang telah lama hidup berdampingan dengan hewan yang hanya dapat ditemukan di Indonesia itu.
Selain itu, menghadapi ancaman yang disebabkan perubahan iklim perlu dipastikan diambil langkah yang menjaga ruang ekosistem untuk komodo.
"Perlu juga memperkuat sistem infrastruktur dalam konteks perlindungan ekosistem komodo yang melibatkan teknologi dan masyarakat setempat, terutama masyarakat lokal di Taman Nasional Komodo," katanya.
Dia juga meminta agar fokus diberikan untuk adanya konversasi yang premium, tidak hanya berfokus kepada pariwisata premium.
Sebelumnya, pemerintah menetapkan tarif masuk ke Taman Nasional Pulau Komodo menjadi Rp3,75 juta per orang mulai 1 Agustus 2022.
Di sela-sela kunjungan kerja di Pulau Rinca, NTT, Kamis, Presiden Joko Widodo mengatakan salah satu pertimbangkan kenaikan harga tiket masuk itu adalah adanya rencana konservasi di Pulau Komodo.
"Jadi kami ingin konservasi, tapi kami juga ingin ekonomi lewat turisme, lewat wisatawan. Ini harus seimbang," kata Presiden.
Menanggap berbagai respons terkait hal itu, Presiden mengatakan masyarakat tetap dapat melihat komodo di Pulau Rinca dengan tarif lebih murah. Bagi yang ingin melihat di Pulau Komodo tetap dapat dilakukan dengan tarif berbeda.
"Itu sebenarnya simple seperti itu. Jangan dibawa kemana-mana, karena pegiat-pegiat lingkungan, pegiat-pegiat konservasi juga harus kita hargai mereka, masukan mereka," ujar Presiden.
Baca juga: Pemda NTT tetap berlakukan tiket baru masuk ke Komodo Rp3,75 juta
Baca juga: Tiga destinasi alam Asia Tenggara untuk liburan musim panas keluarga
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022
Tags: