Ekonom : Keputusan pertahankan suku bunga acuan jaga pemulihan ekonomi
21 Juli 2022 17:53 WIB
Ekonom dan Co-Founder Dewan Pakar Institute of Social, Economics and Digital (ISED) Ryan Kiryanto (ANTARA/Dewa Wiguna)
Jakarta (ANTARA) - Ekonom dan Co-Founder Dewan Pakar Institute of Social, Economics and Digital (ISED) Ryan Kiryanto mengatakan kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen dapat menjaga pemulihan ekonomi nasional berada pada jalurnya.
"Tidak melulu mengacu pada faktor tunggal yakni inflasi. Juga ada variabel lain yang harus di pertimbangkan, misalnya track pemulihan ekonomi Indonesia sedang berada di jalur yang benar," ujar Ryan saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Kamis.
Ryan mengatakan keputusan ini juga dapat menjaga konsumsi rumah tangga masyarakat Indonesia, yang selama ini menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetap stabil.
"Konsumsi rumah tangga domestik kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) rata-rata tahunan itu sekitar 55 persen," ujar Ryan.
Ryan mengatakan keputusan ini dapat ikut menjaga kepentingan strategis nasional seperti nilai tukar rupiah dan inflasi. Menurut dia, depresiasi rupiah masih terjaga dibandingkan dengan mata uang asing lain dan inflasi tetap dalam koridor target.
Baca juga: BI pertahankan suku bunga 3,5 persen karena inflasi inti masih terjaga
"Sejauh ini depresiasi rupiah masih managable dibandingkan mata uang asing lain yang sudah mengalami depresiasi rata-rata diatas lima persen," ujar Ryan.
Secara keseluruhan, ia melanjutkan keputusan ini juga dapat mendongkrak pertumbuhan kredit perbankan serta mendorong transaksi pembayaran digital.
Terkait risiko inflasi kedepannya, ia mengatakan kebijakan suku bunga ini akan menjaga inflasi tidak mengalami kenaikan yang tajam. Ia pun menilai keputusan BI menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan adalah tepat.
"BI melihat arah inflasi inti masih di dalam jangkar, masih dalam koridor ekspektasi BI yang kisarannya itu 2 hingga 4 persen," ujar Ryan.
Sebelumnya, BI memutuskan mempertahankan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen. Angka ini telah dipertahankan oleh BI sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 17 bulan terakhir.
Baca juga: BI proyeksi inflasi domestik tahun 2022 capai 4,6 persen
Baca juga: IHSG ditutup melemah, tertekan keputusan BI tahan suku bunga acuan
"Tidak melulu mengacu pada faktor tunggal yakni inflasi. Juga ada variabel lain yang harus di pertimbangkan, misalnya track pemulihan ekonomi Indonesia sedang berada di jalur yang benar," ujar Ryan saat dihubungi oleh Antara di Jakarta, Kamis.
Ryan mengatakan keputusan ini juga dapat menjaga konsumsi rumah tangga masyarakat Indonesia, yang selama ini menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetap stabil.
"Konsumsi rumah tangga domestik kontribusi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) rata-rata tahunan itu sekitar 55 persen," ujar Ryan.
Ryan mengatakan keputusan ini dapat ikut menjaga kepentingan strategis nasional seperti nilai tukar rupiah dan inflasi. Menurut dia, depresiasi rupiah masih terjaga dibandingkan dengan mata uang asing lain dan inflasi tetap dalam koridor target.
Baca juga: BI pertahankan suku bunga 3,5 persen karena inflasi inti masih terjaga
"Sejauh ini depresiasi rupiah masih managable dibandingkan mata uang asing lain yang sudah mengalami depresiasi rata-rata diatas lima persen," ujar Ryan.
Secara keseluruhan, ia melanjutkan keputusan ini juga dapat mendongkrak pertumbuhan kredit perbankan serta mendorong transaksi pembayaran digital.
Terkait risiko inflasi kedepannya, ia mengatakan kebijakan suku bunga ini akan menjaga inflasi tidak mengalami kenaikan yang tajam. Ia pun menilai keputusan BI menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan adalah tepat.
"BI melihat arah inflasi inti masih di dalam jangkar, masih dalam koridor ekspektasi BI yang kisarannya itu 2 hingga 4 persen," ujar Ryan.
Sebelumnya, BI memutuskan mempertahankan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen. Angka ini telah dipertahankan oleh BI sejak Februari 2021 atau sudah bertahan selama 17 bulan terakhir.
Baca juga: BI proyeksi inflasi domestik tahun 2022 capai 4,6 persen
Baca juga: IHSG ditutup melemah, tertekan keputusan BI tahan suku bunga acuan
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022
Tags: