Jakarta (ANTARA) - Founding Partner AC Ventures Pandu Patria Sjahrir menilai Indonesia perlu mengoptimalkan bonus demografi agar dapat mendorong perekonomian nasional tumbuh lebih cepat.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan tahun 2045 akan menjadi tahun emas bagi Indonesia. Bukan hanya karena merayakan 100 tahun kemerdekaan, namun juga karena Indonesia akan mendapatkan bonus demografi.

Pada 2045, jumlah penduduk Indonesia 70 persennya dalam usia produktif (15-64 tahun) dan sisanya 30 persen merupakan penduduk yang tidak produktif (usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun).

"Bonus demografi ini harus kita maksimalkan karena akan mendorong perekonomian Indonesia lebih pesat dan mewujudkan impian kita menjadi negara maju. Karena bukan hanya Indonesia yang terus berbenah, namun juga negara lain," ujar Pandu dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Dalam kunjungan ke Prancis pada awal Juli lalu, Pandu menceritakan ia mendapat pengalaman dan pelajaran berharga. Ia berbincang dengan politikus dan pebisnis Bruno Bonnell, yang mana Perancis memiliki tiga fokus untuk meningkatkan level persaingan mereka pada 2030.

Pertama, sektor kesehatan dan penelitian. Kedua, sektor akademis melalui penambahan talenta digital di deep tech dan di kecerdasan buatan (AI). Ketiga, transisi energi untuk dekarbonisasi di dunia.

"Kita pun tidak mau kalah, secara demografi, kita memiliki populasi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ke-4 di dunia dengan usia rata-rata 26 tahun. Hal itu menjadikan Indonesia salah satu negara dengan tenaga kerja muda yang besar secara global," kata Pandu.

Pemerintah bersama masyarakat, lanjut Pandu, perlu menyiapkan generasi muda yang berpendidikan dan berketerampilan tinggi serta inovatif dengan adopsi teknologi di masyarakat yang semakin baik dan visi ekonomi yang berorientasi industri hilir.

Meski demikian, ada tiga tantangan yang dihadapi Indonesia sebelum mencapai target generasi emas 2045 tersebut. Pandu mengatakan, tantangan yang pertama adalah tenaga kerja Indonesia saat ini terdiri dari 78 juta pekerja informal dan hanya 10 persen dari tenaga kerja yang merupakan lulusan universitas.

Dengan demikian, menurut Pandu, Indonesia membutuhkan lebih banyak tenaga kerja berpendidikan dan berketerampilan tinggi.

"Kedua, Indonesia perlu memiliki free movement tenaga kerja terampil sekaligus meningkatkan kualitas tenaga kerja nasional melalui akses pendidikan global. Harapannya, dalam 20-30 tahun mendatang, Indonesia akan punya talenta yang lebih berkembang," ujar Pandu.

Ketiga, masalah lain adalah Indonesia dihadapkan oleh masalah perubahan iklim yang mengancam kualitas hidup talenta mudanya.

"Hal ini diperparah oleh kurangnya talenta muda berbakat yang berpengalaman dan berpengetahuan untuk mengatasi masalah ini," ujar Pandu.

Baca juga: Kualitas sumber daya manusia jadi tantangan utama bonus demografi
Baca juga: Airlangga perluas peluang kerja sama swasta manfaatkan bonus demografi
Baca juga: Indonesia perlu 3 juta lapangan kerja per tahun hadapi bonus demografi