G20 Indonesia
PLN: 50 persen tambahan kapasitas pembangkit listrik 2030 berbasis EBT
21 Juli 2022 13:20 WIB
Ilustrasi: Situasi PLTA Poso menjadi salah satu pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. ANTARA-HO/PLN Lampung.
Jakarta (ANTARA) - PT PLN (Persero) akan menambah kapasitas pembangkit listrik yang ditargetkan mencapai sekitar 40 gigawatt dengan 50 persen diantaranya merupakan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT).
“10 tahun ke depan PLN akan membangun sekitar 40 gigawatt dan kita komitmen lebih dari 50 persennya bersumber dari renewable energy,” kata Vice President of Financial Institution and Market Research PT PLN (Persero) Maya Rani Puspita dalam Task Force 8 T20 2022 di Jakarta, Kamis.
Maya mengatakan hal tersebut telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 yang menjadi salah satu upaya dalam rangka menuju Net Zero Emission (NZE).
Ia menjelaskan memasukkan 50 persen kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT ini merupakan langkah PLN dalam mencapai target energi bauran atau fuel mix sebesar 23 persen pada 2025.
Baca juga: PLN ungkap alasan terapkan sistem digital pada pembangkit listrik EBT
“Dalam RUPTL kami ditugaskan untuk fuel mix 2025, 23 persen itu harus dr renewable energy. Artinya kita harus melakukan penambahan pembangkit-pembangkit renewable energy,” jelasnya.
Oleh sebab itu PLN terus berkoordinasi dengan berbagai lembaga keuangan agar mereka berkenan untuk mendukung upaya Indonesia dalam mencapai NZE.
Di sisi lain Maya mengatakan saat ini suplai dari pembangkit listrik non-EBT masih sangat banyak sehingga diperlukan keseimbangan dalam menuju NZE mengingat besarnya biaya yang harus ditanggung PLN.
“Ini diperlukan suatu balancing karena perlu ada trade-off bagaimana kita menuju NZE dengan besarnya biaya yang harus ditanggung PLN,” tegasnya.
Baca juga: PLN ungkap tantangan mempensiunkan PLTU batu bara
“10 tahun ke depan PLN akan membangun sekitar 40 gigawatt dan kita komitmen lebih dari 50 persennya bersumber dari renewable energy,” kata Vice President of Financial Institution and Market Research PT PLN (Persero) Maya Rani Puspita dalam Task Force 8 T20 2022 di Jakarta, Kamis.
Maya mengatakan hal tersebut telah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 yang menjadi salah satu upaya dalam rangka menuju Net Zero Emission (NZE).
Ia menjelaskan memasukkan 50 persen kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT ini merupakan langkah PLN dalam mencapai target energi bauran atau fuel mix sebesar 23 persen pada 2025.
Baca juga: PLN ungkap alasan terapkan sistem digital pada pembangkit listrik EBT
“Dalam RUPTL kami ditugaskan untuk fuel mix 2025, 23 persen itu harus dr renewable energy. Artinya kita harus melakukan penambahan pembangkit-pembangkit renewable energy,” jelasnya.
Oleh sebab itu PLN terus berkoordinasi dengan berbagai lembaga keuangan agar mereka berkenan untuk mendukung upaya Indonesia dalam mencapai NZE.
Di sisi lain Maya mengatakan saat ini suplai dari pembangkit listrik non-EBT masih sangat banyak sehingga diperlukan keseimbangan dalam menuju NZE mengingat besarnya biaya yang harus ditanggung PLN.
“Ini diperlukan suatu balancing karena perlu ada trade-off bagaimana kita menuju NZE dengan besarnya biaya yang harus ditanggung PLN,” tegasnya.
Baca juga: PLN ungkap tantangan mempensiunkan PLTU batu bara
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022
Tags: