Singapura (ANTARA) - Harga sedikit melemah di awal perdagangan Asia pada Rabu pagi, tertekan oleh upaya bank-bank sentral global untuk menjinakkan inflasi dan menjelang perkiraan peningkatan persediaan minyak mentah AS karena permintaan produk melemah.

Harga minyak mentah Brent turun 39 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 106,96 dolar AS per barel pada pukul 00.45 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 62 sen, menjadi diperdagangkan di 103,60 dolar AS per barel.

Stok minyak mentah AS naik sekitar 1,9 juta barel untuk pekan yang berakhir 15 Juli, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (19/7/2022).

Data persediaan minyak mentah dan bahan bakar mingguan resmi dari Badan Informasi Energi AS (EIA) diharapkan pada Rabu pukul 15.30 waktu setempat, sebut Reuters.

Harga minyak juga turun di sesi sebelumnya, terjebak dalam tarik-menarik antara kekhawatiran pasokan karena sanksi Barat terhadap Rusia dan tekanan pada indikasi dari para bankir sentral bahwa mereka akan menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi.

Pada Jumat (15/7/2022), open interest di bursa berjangka New York Mercantile Exchange turun ke level terendah sejak September 2015 karena investor mengurangi aset-aset berisiko seperti komoditas, khawatir bahwa Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga AS. Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengunjungi pengekspor minyak utama Arab Saudi, pemimpin de facto Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang ekspor minyak mentahnya tergelincir pada Mei ke level terendah empat bulan.

Biden berharap untuk mencapai kesepakatan tentang dorongan produksi minyak untuk menjinakkan harga bahan bakar, tetapi menteri luar negeri kerajaan itu mengatakan masalah pasar bukanlah kekurangan minyak mentah tetapi kurangnya kapasitas penyulingan.

Baca juga: Minyak naik ke tertinggi dua minggu karena khawatir pasokan ketat
Baca juga: Minyak naik di tengah kekhawatiran pasokan ketat dan pelemahan dolar
Baca juga: Ladang minyak Daqing di China bukukan peningkatan output gas alam