Jakarta (ANTARA) - Anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin), tengah membidik masuk pasar Afrika paling lambat tahun 2023 mendatang setelah memberikan layanan di 28 negara.

"Persiapan sudah dimulai dari sekarang, targetnya satu, dua tahun ini. Paling telat tahun depan itu sudah nyampe ke sana. Mudah-mudahan lebih cepat lagi," kata CEO Telin Budi Satria Dharma Purba dalam temu media di Jakarta, Senin.

Budi mengatakan perusahaan akan melakukan pendekatan yang berbeda untuk bisa masuk pasar Afrika. Salah satunya dengan mendekati perusahaan Indonesia yang sudah eksis di pasar Afrika. Pendekatan itu dilakukan untuk bisa menghadirkan solusi layanan yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan tersebut.

"Termasuk juga kami komunikasi dengan perwakilan-perwakilan Indonesia di Afrika, duta besar, konsulat jenderal, untuk melihat peluang yang ada. Misal perusahaan Indonesia di sana atau perusahaan luar atau setempat yang ingin masuk regional, Indonesia, itu kita approach (dekati). Jadi pendekataannya selektif, per solusi layanan, per enterprise. Tidak langsung buka kantor, kita kirim dulu sales representative, yang tahu pasar di sana," katanya.

Budi mengatakan dengan kondisi geopolitik di Afrika yang tidak stabil, perusahaan mengambil langkah hati-hati melalui kemitraan dengan operator setempat.

Budi menjelaskan pendekatan masuk ke pasar Afrika dilakukan sejalan dengan diresmikannya kantor representatif baru Telin di Dubai, Uni Emirat Arab, akhir Maret lalu.

Keberadaan kantor di Dubai merupakan wujud komitmen Telin dalam mengembangkan bisnisnya di Timur Tengah, termasuk Afrika, serta memperluas jangkauan operasional dan kehadirannya.

Komisaris Utama Telin yang juga Direktur Wholesale & Intenational Service Telkom Bogi Witjaksono mendukung langkah perusahaan untuk membidik pasar Afrika.

Menurut dia, negara dengan demografi tinggi memang merupakan pasar empuk bagi ekonomi digital. Terlebih demografi yang tengah mengejar ketertinggalan.

"Afrika sekarang jadi negara yang cukup bagus, investor China banyak masuk ke sana. Kalau investor China banyak masuk ke sana dalam konteks membangun infrastruktur pasti akan ada ekonomi di sana. Kita ingin bangun konektivitas dari sumber-sumber ekonomi. Dan saya challenge (tantang) Telin, kita sudah masuk Amerika, Taiwan, dan kita pemain lama yang sangat diperhitungkan di Singapura. Kenapa tidak berani masuk ke pusat pertumbuhan ekonomi baru?" jelasnya.

Bogi pun menilai dengan masuk ke pusat pertumbuhan ekonomi baru diharapkan bisa membawa berbagai produk Indonesia ke pasar yang baru tersebut.

"Jadi kita tidak menunggu bola. Kita lakukan inisiasi," katanya.

Anak usaha Telkom yang punya misi menjadikan Indonesia sebagai hub interkoneksi itu telah memiliki 11 kantor global di seluruh dunia. Dari hampir 500 karyawannya, sebanyak 36 persennya merupakan warga negara asing dari 16 negara.

Pendapatan terbesar perusahaan, yakni mencapai 83 persen berasal dari internasional.

Ada pun portofolio yang dilayani meliputi sambungan langsung internasional, internet dan konten, termasuk kabel laut dan konektivitas data.

Telin telah melayani 26 sistem kabel bawah laut sepanjang 222.260 km dan lima pusat data internasional.


Baca juga: Telkom seimbangkan lalin internet timur-barat lewat "gateway" Manado
Baca juga: Genjot pertumbuhan bisnis digital, Telin cetak laba Rp834,44 miliar
Baca juga: BSSN-Telin bersinergi perkuat keamanan ruang siber