Menurutnya penerapan ASO tidak memungkinkan jika dilakukan secara serentak pada seluruh wilayah di sebuah negara. Kecuali, kata dia, negara Singapura yang bisa melakukan ASO serentak karena wilayahnya yang kecil.
"Kami tentu melaksanakan tahap-tahap analog switch off, jadi pelaksanaannya tidak satu kali serentak, tapi secara multi tahap," kata Johhny di Pusdikhub Kodiklat AD, Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin.
Selain Jepang, menurutnya negara-negara yang memiliki wilayah yang luas seperti Amerika, Tiongkok, dan Uni Eropa juga menjadi tolak ukur bagi penerapan ASO.
Dia mengatakan selain memiliki tantangan geografis, Indonesia juga memiliki tantangan teknis dalam penerapan ASO. Salah Satunya yakni perlu adanya pengaturan reuse spectrum frequency dalam penerapan ASO yang perlu diperhatikan.
Baca juga: Gabel: Jangan tunggu ASO untuk migrasi ke TV digital
Pada tahun 2022 ini, menurutnya pemerintah sudah menyediakan satu juta set top box (STB) untuk masyarakat. Namun, kata dia, kebutuhan STB untuk masyarakat yang membutuhkan yakni sebanyak 6,7 juta.
"Undang-undang dan peraturan pemerintah memerintahkan set top box itu disediakan oleh multipleks, itu adalah perusahaan televisi nasional yang diberikan kewenangan sebagai penyelenggara," katanya.
Johhny pun memastikan penerapan ASO itu dilakukan untuk membangun konvergensi dan kompetisi yang sehat antar industri media digital. Selain itu, menurutnya migrasi televisi dari analog ke digital juga baik untuk masyarakat.
"Bagi masyarakat yang bukan kategori miskin, dan masih menggunakan televisi tabung, maka segera pasang set top box, yang gambarnya lebih jernih, suaranya jernih, lebih bagus, dan teknologinya lebih modern," kata dia.
Baca juga: ASO perdana di delapan wilayah bisa jadi contoh
Baca juga: Smart TV bisa jadi solusi hadapi migrasi TV digital