Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan Indonesia di masa kepemimpinan Presiden pertama Soekarno atau Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Pulau Kalimantan.
"Indonesia di zaman Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Kalimantan, dengan tujuan agar Indonesia menjadi negara terkuat di dunia," kata Hasto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, selain merebut Irian Barat dari kolonialisme Belanda, menurut Bung Karno Kalimantan juga menjadi pusat perhatian.
"Kalimantan jadi pusat perhatian Bung Karno agar Indonesia menjadi negara terkuat di Asia. Selama satu tahun penuh, Bung Karno mempelajari Kalimantan," tambahnya.
Dalam analisis Bung Karno, lanjutnya, pertahanan nasional Indonesia dibagi menjadi dua kekuatan dalam dua garis besar, yaitu pertahanan laut di Indonesia Timur, dengan Biak menjadi pusat armada, serta pertahanan udara di Kalimantan.
Baca juga: Hasto: Dukung Program Food Estate dan wujudkan kedaulatan pangan
Dengan melihat potensi besar di Kalimantan, katanya, maka hegemoni kekuatan pertahanan udara Indonesia dalam menjaga keamanan udara ditempatkan di Kalimantan, sebagai kawasan yang sangat penting dan strategis.
"Di Kalimantan inilah Kota Palangka Raya dirancang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia (saat itu). Desain jalannya dibuat lurus-lurus dan menuju pada satu bundaran besar mirip Washington D.C., Amerika Serikat," katanya.
Pembangunan jalan diperluas hingga sampai empat belas jalur untuk bisa digunakan pendaratan bagi pesawat MiG21 buatan Uni Soviet. Selain itu, Bung Karno juga melakukan nasionalisasi berbagai perusahaan tambang milik asing, dimana hasil dari industri pertambangan digunakan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.
"Bung Karno berharap pada 1975 Indonesia akan menjadi bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara super power di luar dari Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Jepang, dan Tiongkok," jelasnya.
Sayangnya, katanya, seluruh konsep strategis itu memudar pascaperistiwa 1965 dan kepemimpinan Indonesia menurun di dunia internasional.
"Padahal sebelumnya karena peran aktif Indonesia, bangsa-bangsa Asia Afrika, yang mayoritas adalah bangsa Islam, merdeka karena peran Indonesia," ujarnya.
"Indonesia di zaman Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Kalimantan, dengan tujuan agar Indonesia menjadi negara terkuat di dunia," kata Hasto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, selain merebut Irian Barat dari kolonialisme Belanda, menurut Bung Karno Kalimantan juga menjadi pusat perhatian.
"Kalimantan jadi pusat perhatian Bung Karno agar Indonesia menjadi negara terkuat di Asia. Selama satu tahun penuh, Bung Karno mempelajari Kalimantan," tambahnya.
Dalam analisis Bung Karno, lanjutnya, pertahanan nasional Indonesia dibagi menjadi dua kekuatan dalam dua garis besar, yaitu pertahanan laut di Indonesia Timur, dengan Biak menjadi pusat armada, serta pertahanan udara di Kalimantan.
Baca juga: Hasto: Dukung Program Food Estate dan wujudkan kedaulatan pangan
Dengan melihat potensi besar di Kalimantan, katanya, maka hegemoni kekuatan pertahanan udara Indonesia dalam menjaga keamanan udara ditempatkan di Kalimantan, sebagai kawasan yang sangat penting dan strategis.
"Di Kalimantan inilah Kota Palangka Raya dirancang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia (saat itu). Desain jalannya dibuat lurus-lurus dan menuju pada satu bundaran besar mirip Washington D.C., Amerika Serikat," katanya.
Pembangunan jalan diperluas hingga sampai empat belas jalur untuk bisa digunakan pendaratan bagi pesawat MiG21 buatan Uni Soviet. Selain itu, Bung Karno juga melakukan nasionalisasi berbagai perusahaan tambang milik asing, dimana hasil dari industri pertambangan digunakan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.
"Bung Karno berharap pada 1975 Indonesia akan menjadi bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara super power di luar dari Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Jepang, dan Tiongkok," jelasnya.
Sayangnya, katanya, seluruh konsep strategis itu memudar pascaperistiwa 1965 dan kepemimpinan Indonesia menurun di dunia internasional.
"Padahal sebelumnya karena peran aktif Indonesia, bangsa-bangsa Asia Afrika, yang mayoritas adalah bangsa Islam, merdeka karena peran Indonesia," ujarnya.
Baca juga: PDI Perjuangan Jawa Barat gagas "Ekspedisi Trisakti" daki lima gunung
Baca juga: Megawati perintahkan fraksi PDI Perjuangan turun ke rakyat