BMKG sebut potensi rob di wilayah Denpasar Bali menurun
17 Juli 2022 14:12 WIB
Anggota Polair berpatroli menggunakan kapal cepat saat memantau kondisi cuaca buruk di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (12/7/2022). Kegiatan tersebut untuk memantau aktivitas penyeberangan kapal di tengah tingginya gelombang laut disertai angin kencang menyusul Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III mengeluarkan peringatan dini potensi banjir rob di 26 pantai di Bali. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/hp.
Denpasar (ANTARA) - Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III menyatakan potensi bencana banjir laut pasang (rob) di Bali khususnya di Denpasar menurun setelah bencana itu terjadi di perairan Kabupaten Gianyar pada Sabtu (16/7).
"Potensi rob di wilayah Denpasar kami lihat sudah menurun gelombang maupun anginnya, namun apabila ada yang signifikan kami akan segera buat peringatan dininya," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III I Nyoman Gede Wiryajaya, di Denpasar, Minggu.
Sebelumnya Wirya menjelaskan bahwa pemantauan tak berfokus hanya pada perairan atau penyeberangan di Denpasar, namun menyeluruh di Bali bagian selatan per tanggal 12-17 Juni 2022, karena tiap wilayah diprediksi memiliki waktu terjadi yang berbeda-beda.
"Peringatan ini khusus untuk perairan Bali bagian selatan mulai dari pantai Pulukan, Pekutatan, Soka, Kuta, Sanur," kata Wirya kepada media.
Baca juga: Waspadai fenomena banjir rob, sebut BMKG Denpasar
Untuk kejadian susulan rob, pihak BMKG Bali mengaku belum mendapat informasi, bahkan secara umum saat ini ketinggian air di perairan Denpasar menurun menjadi 3,5 meter sedangkan pada Sabtu (16/7) menyentuh 4 meter.
Selain itu kecepatan angin yang kemarin mencapai 20 knot kini berada di angka 18 knot, angka ini dinilai belum signifikan atau ekstrem karena belum mencapai 25 knot. Dengan penurunan ini BMKG berharap kondisi akan lebih membaik.
Wirya menjelaskan penyebab dari terjadinya bencana di perairan tersebut yaitu gelombang melalui angin yang bertiup dari Australia menuju Asia dan kondisi pasang surut secara astronomis mempengaruhi.
Baca juga: Utusan Khusus PBB apresiasi fasilitas peringatan dini tsunami di Bali
Meskipun pada hari ini potensi bencana menurun, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk mewaspadai segala kemungkinan seperti gelombang tinggi, angin kencang, dan cuaca hujan yang masih berlangsung walaupun tengah memasuki musim kemarau.
"Di beberapa wilayah masih ada hujan dengan intensitas yang sedang sampai tinggi, sebenarnya sekarang musim kemarau, dari 15 zona musim yang ada di Bali, ada 12 zona yang sudah masuk musim kemarau tapi Bali tengah dua zona belum masuk dan di daerah Bali barat satu belum," ujar Wirya.
Selain itu khususnya bagi nelayan yang sehari-hari di laut, pihaknya berharap agar secara rutin mencari informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dari BMKG agar tak menerima berita bohong dan tetap waspada dengan potensi bencana di laut.
Baca juga: BMKG sebut Bali bisa alami gempa bumi serupa secara berulang-ulang
"Potensi rob di wilayah Denpasar kami lihat sudah menurun gelombang maupun anginnya, namun apabila ada yang signifikan kami akan segera buat peringatan dininya," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III I Nyoman Gede Wiryajaya, di Denpasar, Minggu.
Sebelumnya Wirya menjelaskan bahwa pemantauan tak berfokus hanya pada perairan atau penyeberangan di Denpasar, namun menyeluruh di Bali bagian selatan per tanggal 12-17 Juni 2022, karena tiap wilayah diprediksi memiliki waktu terjadi yang berbeda-beda.
"Peringatan ini khusus untuk perairan Bali bagian selatan mulai dari pantai Pulukan, Pekutatan, Soka, Kuta, Sanur," kata Wirya kepada media.
Baca juga: Waspadai fenomena banjir rob, sebut BMKG Denpasar
Untuk kejadian susulan rob, pihak BMKG Bali mengaku belum mendapat informasi, bahkan secara umum saat ini ketinggian air di perairan Denpasar menurun menjadi 3,5 meter sedangkan pada Sabtu (16/7) menyentuh 4 meter.
Selain itu kecepatan angin yang kemarin mencapai 20 knot kini berada di angka 18 knot, angka ini dinilai belum signifikan atau ekstrem karena belum mencapai 25 knot. Dengan penurunan ini BMKG berharap kondisi akan lebih membaik.
Wirya menjelaskan penyebab dari terjadinya bencana di perairan tersebut yaitu gelombang melalui angin yang bertiup dari Australia menuju Asia dan kondisi pasang surut secara astronomis mempengaruhi.
Baca juga: Utusan Khusus PBB apresiasi fasilitas peringatan dini tsunami di Bali
Meskipun pada hari ini potensi bencana menurun, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk mewaspadai segala kemungkinan seperti gelombang tinggi, angin kencang, dan cuaca hujan yang masih berlangsung walaupun tengah memasuki musim kemarau.
"Di beberapa wilayah masih ada hujan dengan intensitas yang sedang sampai tinggi, sebenarnya sekarang musim kemarau, dari 15 zona musim yang ada di Bali, ada 12 zona yang sudah masuk musim kemarau tapi Bali tengah dua zona belum masuk dan di daerah Bali barat satu belum," ujar Wirya.
Selain itu khususnya bagi nelayan yang sehari-hari di laut, pihaknya berharap agar secara rutin mencari informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dari BMKG agar tak menerima berita bohong dan tetap waspada dengan potensi bencana di laut.
Baca juga: BMKG sebut Bali bisa alami gempa bumi serupa secara berulang-ulang
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022
Tags: