Badung, Bali (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati dan Menkeu Amerika Serikat (AS) Janet Yellen sepakat untuk menggarisbawahi bahwa konsekuensi isu geopolitik yang belum mengalami deskalasi menjadi penyebab krisis pangan dan energi yang sedang terjadi.

"Hal ini mengingat berbagai dampak yang ditimbulkan oleh konflik di Ukraina menjadi salah satu pemicu terus melambungnya harga energi dunia dan menyebabkan munculnya tantangan pada perekonomian global," ungkap Sri Mulyani dalam keterangan resmi di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu.

Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai opsi kebijakan perlu didiskusikan agar pasokan minyak dunia tetap terjaga dan harga minyak dunia dapat kembali kepada level sebelum konflik.

Sri Mulyani mengatakan penanganan krisis pangan dan energi di dunia harus diakselerasi karena sejatinya siapapun berhak untuk mengakses makanan dan energi secara terjangkau.

Oleh karenanya, pihaknya akan mendiskusikan usulan AS untuk dibahas bersama-sama dengan menteri terkait yang menangani sektor energi.

Adapun pembahasan krisis energi dan pangan tersebut dilakukan dalam pertemuan bilateral kedua negara di sela-sela memulai hari pertama Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (3rd Finance Ministers and Central Bank Governors/FMCBG), Jumat (15/7).

Pertemuan itu merupakan pertemuan fisik pertama antara kedua menteri setelah Spring Meetings IMF-World Bank 22 April 2022. Kedua pihak mengawali pertemuan dengan membahas isu-isu energi dan lingkungan, serta kebijakan masing-masing negara terkait isu tersebut.

Sri Mulyani pun menekankan pentingnya langkah konkret dan teknis, tidak sebatas pada ranah konseptual, untuk mendukung implementasi peralihan penggunaan pembangkit listrik ke sumber energi yang ramah lingkungan, dimana memerlukan pembiayaan yang besar.

Salah satunya adalah melalui kebijakan Mekanisme Transisi Energi atau Energy Transition Mechanism (ETM) yang telah diinisiasi dan dicanangkan oleh Indonesia bersama Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB).

Sri Mulyani juga menegaskan bahwa hasil dari Pertemuan Ketiga FMCBG akan dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat dunia, yang selaras dengan semangat Presidensi G20 Indonesia untuk terus bekerja keras dan berkontribusi dalam menangani berbagai permasalahan utama di dunia.

Hal tersebut juga menjadi bukti nyata atas signifikansi dan relevansi peran Presidensi G20 Indonesia untuk mencapai pemulihan ekonomi global secara bersama, selaras dengan arah tema Presidensi G20 Indonesia, “Recover Together, Recover Stronger”.

Baca juga: Sri Mulyani lakukan pertemuan bilateral dengan Menkeu G20 hingga ADB

Baca juga: Menkeu: Harga pangan global berpotensi naik 20 persen akhir 2022

Baca juga: Sri Mulyani: 60 persen negara berpendapatan rendah kesulitan utang